PENGANTAR PSIKOLOGI
“ PSIKOLOGI SEBAGAI
ILMU ”
BAB I
PENDAHULUAN
Perkataan
psikologi sering di artikan atau di
terjemahkan
dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau di singkat dengan ilmu jiwa.
Namun menurut Gerungan seorang ahli psikologi
berpendapat bahwa:
·
Ilmu Jiwa merupakan
istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang memiliki arti luas, di fahami banyak
orang dan meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala
khayalan serta spekulasi mengenai jiwa.
·
Psikologi merupakan
suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa
yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi
syarat-syaratnya yang di mufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang
ini.
Dengan
demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “ psikologi ”,
tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang dipelajari psikologi
bukan jiwa manusia secara langsung, tetapi manifestasi
dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
perilaku.
Pentingnya psikologi adalah untuk
memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memberlakukan dengan lebih
baik, oleh karena itu pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam proses
pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga
seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang
psikologi pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Psikologi
yang dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa berasal dari kata bahasa inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa
greek ( Yunani ), yaitu psyche yang berarti jiwa, logos yang berarti ilmu. Jadi, bisa
diambil kesimpulan tentang definisi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha mempelajari, menganalisis, menerapkan, dan memimpin proses-proses
pendidikan sedemikian rupa, sehingga timbul sistem pendidikan yang efisien.
Psikologi
sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di peroleh dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan
pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya
sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data
empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan,
dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan
kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam
tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama psikologi adalah
studi(penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai
“kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah
laku” organism.
Psikologi
sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu seperti
ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:
a.
Mengadakan
deskripsi,
yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal
yang di bicarakan.
b. Menerangkan, yaitu
tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa
tersebut.
c. Menyusun Teori, yaitu
tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai hubungan antara
peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d. Prediksi, yaitu
untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e. Pengendalian, yaitu
tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Seperti
yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka dengan
sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain
seperti,
§ Objek
tertentu
§ Metode
pendekatan atau penelitian tertentu
§ Mempunyai
riwayat atau sejarah tertentu
§ Sistematika
yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek
Tujuan
mempelajari psikologi:
ü Untuk
membantu guru dan calon guru agar menjadi lebih bijaksana membimbing anak
didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
ü Agar
para guru dan calon guru memiliki dasar-dasar luas dalam mendidik pada umumnya,
dan bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didiknya lebih baik dalam
belajar.
ü Agar
para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem yang lebih efisien
dengan jalan mempelajarinya dan menganalisis tingkah laku anak didik dalam
proses-proses pendidikan yang berlangsung.
Manfaat
mempelajari psikologi pendidikan:
v Bisa
memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.
v Bisa
mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase serta faktor
yang menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang memiliki anak serta intelegensi
dan bakat sifat-sifat serta cirri-ciri kepribadian anak.
v Bisa
memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengejar serta
vareasi serta modelnya.
B.
Objek Formal dan
Material
i.
Objek material : objek material ilmu
adalah objek yang bersifat umum, dilihat dari wujudnya yaitu yang menjadi
sasaran suatu ilmu pengetahuan. Objek material psikologi adalah manusia.
ii.
Objek formal : objek yang bersifat spesifik,
dari segi tertentu yaitu objek material yang dibahas. Objek formal psikologi
adalah perilaku manusia dan hal-hal yang berkaitan dengan proses tersebut.
Kedua
Objek ilmu pendidikan ini memiliki keterkaitan. Misalnya ilmu sosial dan ilmu
psikologi yang kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama
yaitu manusia, akan tetapi obyek formalnya berbeda. Ilmu sosial membahas
manusia dari sudut pembahasan kehidupan individu dan interaksinya antar
masyarakat, sedangkan ilmu psikologi membahas manusia dari sudut pembahasan
jiwa dan pikiran dari individu itu sendiri. Oleh karena itu obyek material
(sasaran yang dipelajari) ilmu pengetahuan dapat sama, sedang obyek formalnya
(sudut pembahasannya) berbeda.
C.
Metode Penyelidikan
Metode
penyelidikan dalam suatu ilmu merupakan keharusan mutlak. Apalagi kalau ilmu
itu telah berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh metode-metode tersendiri
untuk menyelidiki terhadap obyeknya. Obyek psikologi adalah penghayatan dan
perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam yang kompleks dan selalu
berubah. Jiwa bukanlah benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dinamis;
selalu berubah untuk menjadi kesempurnaannya. Oleh karena itu penggunaan
sesuatu metode yang tumbuh baiknya pun tak dapat menghasilkan kebenaran yang
mutlak. Sebab dalam berbagai metode mempunyai titik kelemahan-kelemahan di
samping kebaikan- kebaikannya.
Berdasarkan
renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka didapatkan metode-metode
sebagai berikut:
C.1.
Metode yang Bersifat Filosofis
1)
Metode Intuitip
Metode
ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau
dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Langkah ini justru
pertama yang paling besar perannya dalam pengambilan kesimpulan. Dalam metode
ini kurang memenuhi syarat, karena harus dikombinasikan dengan metode-metode
lain guna memperoleh kesimpulan yang valid.
2)
Metode Kontemplatif.
Metode
ini dilakukan dengan jalan merenungkan objek yang akan diketahui dengan
mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah
pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif. Kalau ini dapat dicapai,
maka pikiran benar-benar dalam keadaan obyektif sehingga dapat mencapai hakekat
obyek yang dituju.
3)
Metode Filosofis Religius
Metode
ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama
untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu
merupakan kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar. Tuhan memerintahkan
manusia untuk mengajak orang lain kepada jalan kebenaranNya dengan menggunakan
metode-metode yang baik, di firmankan dalam Al Qur'an :
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ َ
“Ajaklah
kepada jalan Tuhanmu dengan metode dan tutur kata yang baik dan bantahlah
mereka dengan metode yang paling baik.” ( Q.S. An Nahl,-125).
C.2.
Metode yang Bersifat Empiris
1). Metode observasi
Metode
untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti dan
sistematis. Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara, yaitu:
(a)
Introspeksi
Suatu
cara meneliti/menyelidiki keadaan atau peristiwa yang terjadi di dalam dirinya
pribadi. Misalnya orang meneliti bagaimana proses berfikir, berperasaan,
berkehendak yang berlangsung di dalam dirinya, kemudian hasilnya diuraikan atau
ditulis oleh yang bersangkutan, untuk bahan pemahaman tentang keadaan jiwa
seseorang tentang hal-hal yang diperlukan. Di dalam Islam terdapat perintah
untuk mengadakan introspeksi ini dengan kata-kata:
“Introspeksilah
dirimu sendiri sebelum kamu di ekstrospeksi orang lain”.
Dengan
adanya kelemahan dalam metode ini, maka timbullah metode lain yang
menggabungkan metode introspeksi dengan metode eksperimen, yaitu metode
“Introspeksi eksperimental”.
(b)
Introspeksi Eksperimental
Metode
yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen- eksperimen secara sengaja dan
dalam suasana yang dibuat. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi
dan eksperimen, Pada introspeksi eksperimental jumlah subyek terdiri dari
beberapa orang yang di eksperimentasi. Sehingga dengan banyaknya subyek
penyelidikan hasilnya akan lebih bersifat obyektif.
(c)
Ekstrospeksi
Suatu
metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan
sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa
orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa
yang ditunjukkan dari mimik dan panto mimik orang lain.
2). Metode Pengumpulan Bahan
Suatu
metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan
sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa
orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa
yang ditunjukkan dari mimik dan panto mimik orang lain.
Suatu
penyelidikan yang dilakukan dengan mengolah data-data yang didapat dari
kumpulan-kumpulan daftar pertanyaan dan jawaban (angket), bahan-bahan riwayat
hidup ataupun bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang sedang
diselidiki. Dalam rangka mendapatkan data dengan teknik pengumpulan bahan ini
peneliti dapat menempuh dengan 3 cara :
a.
angket – interview
b.
metode biografi
c.
metode pengumpulan bahan
3). Metode Eksperimen
Tujuan
eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala
kejiawaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, fantasi, dan
lain sebagainya. Pengamatan secara teliti dalam metode ini menguji hipotesa pembuat
eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam suatu situasi
tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Pemakaian metode ini, dalam
mempelajari kejiwaan manusia adalah merupakan kemajuan yang diperoleh psikologi
ketika Wilhelm Wundt seorang berkebangsaan Jerman ( 1832-1920 ) mendirikan
“Laboratorium Psikologi” yang pertama di Leipzig pada tahun 1879.
4). Metode Klinis
Kline
diartikan tempat tidur, klino diartikan berbaring, kliniek diartikan lembaga
untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Metode yang diterapkan dalam
psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis medis dengan metode pendidikan
untuk melakukan observasi terhadap para pasien. Obsevasi dilakukan dalam
ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang cukup, untuk meneliti segala tingkah
laku pasien. Metode klinis sering dipergunakan oleh para psikolog ( Freud dan
pengikut-pengikutnya ) dan psikolog anak. Sebab orang memaklumi, bahwa para
penderita ganguan jiwa dan anak-anak kecil pada umumnya tidak mampu melakukan
introspeksi terhadap dorongan-dorongan dan tingkah laku sendiri.
5). Metode Interview
Merupakan
metode penelitian dengan menggunakan pertanyaan- pertanyaan yang diberikan
secara lisan. Suatu hal yang penting pada interview ialah membuat
pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa , sehingga yang diinterview tidak merasa
diinterview.
6). Metode Testing
Metode
ini merupakan metode penyelidikan yang menggunakan soal-soal
,pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang lain yang telah distandarisasikan
. Dillihat dari caranya orang mengerjakan test. Seakan- akan seperti
eksperimen, namun kedua metode ini berbeda. Pada eksperimen, orang dengan
sengaja mengeterapkan “treatment” dan ingin mengetahui dari teatment tersebut.
Pada test orang ingin mengetahui kemampuan-kemampuan atau sifat-sifat lain dari
test. Mental testing dipergunakan untuk menyelidiki intelegensi seseorang.
Berdasarkan test Binet orang mendapatkan taraf intelegensi yang sering disebut
“intelegensi quotion”
Dari
berbagai macam metode-metode yang telah di sebut kan tidak dapat ditentukan
mana yang paling tepat dan paling baik, masing-masing punya kelemahan sendiri,
sebab manusia yang membuat juga yang menjadi objeknya. Namun demikian
metode-metode yang telah dibuat, bukan berarti tidak ada artinya, tetapi
sebagai ikhtiar manusia dalam menuntut ilmu pengetahuan.
D.
Sejarah
Singkat Psikologi
Sejak
zaman yunani kuno jiwa manusia sudah menjadi topik diskusi di kalangan ilmuan,
para filosof dan para ahli fasal( phisiolologi). Pada masa ini psikologi masih
menjadi bagian dari filsafat dan belum menjadi disiplin ilmu sendiri. Adapun
para ahli filsafat kuno seperti Plato(427 – 347 SM),Aristoteles (384 – 322 SM),
Socrates (469 – 399 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala- gejalanya.
Filsafat sebagai induk pengetahuan yang mencari hakikiat sesuatu dengan
menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus sehingga mencapai
pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada zaman ini belum ada pembuktian
secara empiris melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi
logika belaka.
Pada
abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga
objeknya tetap hakikat jiwa. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene Descartes ( 1596
– 1650) terkenal dengan teori tentang
kesadaran, Gottfried Wolhelm Leibniz ( 1646 – 1716) dengan teorinya kesejahteraan psikofhisik (psychophysical
parallelism) dan Jhon Locke dengan teori Tabula rasa yang mengemukakan bahwa jiwa anak yang baru lahir masih
bersih seperti kertas putih yang belum di tulisi. Pada masa sebelumnya para
ulama muslim pun sudah membahas masalah kejiwaan seperti Imam Al-Ghazali (wafat
505 H), Imam Fachruddin Ar- Razi (wafat 324 H) dan lain sebagainya. Pembahasan
masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu Ushuluddin dan ilmu Tasawwuf.
Psikologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru
di mulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832 – 1920)mendirikan
laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Secara garis besarnya
sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap utama yaitu, masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri.
Dulu
ketika para ahli filsafat masih menggunakan logika, para ilmu faal juga mulai
menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-eksperime. Walaupun mereka
menggunakan metode ilmiah ataun dengan kata lain di sebut juga Empiris namun mereka selidiki terutama
tentang urat syaraf pengindraan (sensoris),
syaraf penggerak(motoris). Dengan
demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek
ilmu faal. Tokohnya antara lain adalah: C Bell(1774 – 1842), F Magandie( 1758 –
1855) I.P Pavlov(1849 – 1936).
Masa
sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana
gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri
dengan metode ilmiah yang terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala
kejiwaan di pelajari secara sistematis dan lebih bersifat objektif. Selain
metode eksperimen digunakan pula metode instropeksi oleh W. Wundt. Dengan gelar
kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal juga sebagai
sosiolog dan filosof yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia di anggap
sebagai bapak psikologi, dan sejak itu
psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi dan
kearagaman pemikiran- pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam aliran
baru.
E.
Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu jiwa untuk
memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memberlakukan manusia dengan
lebih baik, oleh karena itu pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam
proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik,
sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan
tentang psikologi pendidik.
Psikologi sebagai suatu ilmu, tidak
lepas dari segi perkembangan dari psikologi itu sendiri serta ilmu-ilmu yang
lain. Dari waktu ke waktu psikologi sebagai suatu ilmu akan mengalami
perkembangan, sesuai perkembangan keadaan.
Sehingga objek psikologi merupakan syarat
mutlak dalam suatu ilmu. Sebab pengetahuan dapat di pandang sebagai suatu ilmu
kalau pengetahuan itu di peroleh dengan penelitian ilmiah atau menggunakan
metode ilmiah.
F.
Daftar
Pustaka
·
Abu Ahmad,H.Drs, Psikologi Umum, Rineka
Cipta, Jakarta, cet. II,1998.
·
Arifin.M.H.Drs,M.Ed, Psikologi dan
Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
·
Daradjat Zakiah. Dr, Ilmu Jiwa Agama,
Bulan Bintang, Jakarta,1976
·
http://www.scribd.com/doc/40009065/MAKALAH-METODE-PENELITIAN-DALAM-PSIKOLOGI
(17-09-11)
·
Fauzi, Ahmad H. Drs, Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung
·
Sarwono. Sarlito W, Pengantar Umum Psikologi. PT. Bulan Bintang. Jakarta. 2000
·
Walgito,
Bimo., 2005, Pengantar Psikologi Umum, CV.
Andi Offset, Yogyakarta
·
http:
//burhanhito. Blogspot. Com / 2009/06/
definisi-psikologi-menurut-para-ahli.html
·
ebekunt.files.wordpress.com/2009/10/2-pengantar-psikologi.ppt
0 komentar:
Posting Komentar