PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP METODE PENGAJARAN DALAM KELAS

Minggu, 16 Juni 2013


BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini menuntut kepada tiap-tiap individu untuk bisa mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini. Salah satu kemajuan yang diakibatkan dari modernisasi ialah kemajuan dalam bidang teknologi atau yang sering disebut perkembangan IT. Kemajuan teknologi harus bisa diikuti oleh setiap insan supaya mereka tidak tertinggal oleh kemajuan zaman yang makin hari semakin menuju kemajuan. Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai bidang, mulai lingkungan hukum, lingkungan politik, sosial, budaya, ekonomi semuanya terpengaruhi oleh adanya kemajuan teknologi. Hal tersebut membuat dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI). Kemajuan teknologi merupakan salah satu elemen penting dalam pelbagai aktivitas manusia. Hampir tiap aktivitas manusia dalam berbagai sektor dapat dipastikan menggunakan “jasa” dari IT tersebut, mulai dari sektor perindustrian, perkantoran, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan sektor lainnya membutuhkan andil yang besar dari keberadaan perkembangan IT itu. Berangkat dari hal itu sangatlah penting adanya peningkatan sember daya manusia sehingga SDM tersebut dapat memperlakukan IT tersebut dengan tepat guna dan hasil guna. Dengan adanya kemajuan teknologi tersebut maka dunia pendidikan mau tidak mau harus ikut ambil bagian dalam “mengarungi” kemajuan teknologi, agar dunia pendidikan di Indonesia tidak mengalami ketertinggalan terhadap pendidikan-pendidikan di negara yang lain. Di dalam dunia kependidikan telah dikenal dengan teknologi kependidikan. Teknologi pendidikan merupakan integrasi antara kemajuan teknologi dengan pendidikan khususnya di Indonesia. Atau biasa di istilahkan oleh orang awam sebagai penggunaan teknologi di dalam proses belajar mengajar. Rumusan Masalah Dalam keterlangsungan proses belajar-mengajar yang efektif dan merealisasikan pembelajaran yang berasaskan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) diperlukan adanya “partisipasi” dari kemajuan teknologi. Penggunaannya dapat berupa membantu guru dalam menyampaikan materi/ bahan ajar pada murid, membantu para murid dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan sesuai materi yang diajarkan, serta manfaat lainnya. Dengan demikian sangat diperlukannya pendidikan yang berbasis IT agar dapat membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas para muridnya supaya mereka memiliki daya saing di berbagai bidang. Tujuan Penelitian Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan output peserta didik yang bermutu dan modern. BAB II LANDASAN TEORI A. TEKNOLOGI A.1 Pengertian Teknologi Istilah teknologi oleh orang awam sering diasumsikan sebagai peralatan mesin atau yang berkaitan dengan permesinan, namun pada dasarnya arti dari teknologi tersebut lebih luas. Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani “technologia” yang menurut Webster Dictionary berarti “systemic treatment” atau penang anan sesuatu secara sistematis, sedagkan “techne” sebagai dasar kata teknologi yang memiliki arti “art, skill, science” atau “keahlian, keterampilan, ilmu” . Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknis yang berlandaskan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Atau teknologi bisa juga dikatakan sebagai ilmu tentang cara menerapkan sains untuk bisa memanfaatkan potensi yang berada di alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. A.2 Kemajuan Teknologi Teknologi di dunia ini merupakan sebuah realitas keseharian, sebutkan saja hampir semua kegiatan yang kita lakukan berkaitan erat dengan yang namanya teknologi. Memang teknologi merupakan suatu keniscayaan yang harus dihadapi manusia di era mellenium ini. Ada yang berpendapat bahwa kebutuhan akan teknologi (televisi, laptop) merupakan sebagai kebutuhan primer, bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder. Misal kebutuhan manusia akan teknologi informasi. Kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang pasti, seiring perkembangan zaman teknologi-teknologi tersebut akan berevolusi sesuai dengan kebutuhan manusia akan hal tersebut. Perkembangannya sangatlah pesat sekali, bahkan dalam hitungan detik manusia dapat menciptakan suatu hal baru yang digunakan untuk kemaslahatan kehidupan manusia. Dengan adanya hal tersebut jarak antar negara tidak lagi mempengaruhi interaksi antar individu, antar kelompok, antar negara saling bergantung dan berkaitan untuk saling bertukar informasi atau kepentingan mereka tanpa mendapat hambatan jarak yang begitu jauh. Misalnya kita yang berada di Indonesia bisa dapat langsung mengakses informasi melalui internet apa yang sedang terjadi di Timur Tengah. Hampir tiap elemen masyarakat telah mengenalnya, baik itu masyarakat kelas menegah ke atas maupun masyarakat menegah ke bawah, baik itu yang berada di jantung perkotaan hingga yang berada di pelosok desa-desa. Namun pengetahuan akan teknologi antar keduanya sangatlah berbeda, rakyat perkotaan lebih mengenal dan lebih sering berinteraksi dengan yang namanya teknologi. Contoh sedikit yang berkaitan dengan pengajaran dalam kelas ialah penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT, contohnya proyektor (LCD), penyediaan laptop per-individu, internet dengan jaringan LAN atau hotspot, pemberian pendingin di ruang kelas, dan lain sebagainya. Berbeda dengan rakyat pelosok pedesaan yang mengenal kemajuan teknologi hanya sebatas pengetahuan saja, mungkin teknologi yang sudah masuk ke pelosok desa biasanya radio dan televisi parabola. Sedang dalam proses belajar mengajar biasanya sekolah pedesaan masih menggunakan sistem klasik (sistem konvensional). Itulah sedikit gambaran mengenai perkembangan teknologi di Indonesia yang masih banyak kesenjangan dan kurangnya pemerataan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal tersebut. Adanya perkembangan teknologi utamanya dunia maya dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat. Terutama para kalangan terpelajar yang selalu ingin mencoba hal-hal baru. Dengan adanya media internet, seharusnya mereka dapat menggunakan internet sebagai alat untuk menambah wawasan dan pengetahuannya supaya dapat mengambil manfaat serta dapat merangsang interaksi, jiwa eksperimen, dan memotivasi diri untuk berperstasi. Namun realita sekarang banyak anak muda yang menyelewengkan dalam penggunakan media tersebut. Banyak diantara mereka yang menggunakan media internet tersebut untuk mengakses budaya Barat yang begitu vulgar dan tak ada batasan dalam kebabasan sehingga konten-konten yang berbau pornografi dapat dengan mudah mereka akses. Begitu juga dengan adanya televisi, peran televisi yang dulunya menjadi sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, update berita terbaru sekarang berubah fungsinya, hampir keseluruhan acara dalam televisi hanya sedikit yang dapat di ambil manfaatnya itupun terkadang masih diselingi hal-hal negatif. Sekarang banyak acara televisi yang mengarah pada percintaan, perkelahian, konser-konser, acara selebritas yang hanya mengumbar glamour dan kehidupan mereka pribadi serta acara yang lainnya yang masih banyak madharatnya ketimbang manfaatnya. Itu semua juga dipengaruhi budaya Barat yang hanya mengedepankan kebebasan dalam berbagai hal. Budaya Barat memang sudah menghegemoni kehidupan manusia di seluruh dunia. Budaya mereka yang cenderung mengedepankan kebebasan tersebut dapat dengan mudah merusak budaya Indonesia. Nilai-nilai budaya lokal yang sudah tertanam dari nenek moyang (budaya yang positif) kita justru akan tergerus oleh globalisasi yang hanya akan membuat budaya kita menjadi kenangan oleh anak cucu kita kelak. Negara ini seharusnya bisa mencontoh kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dicapai oleh negara Jepang. Negara tersebut dapat memadukan antara kemajuan teknologinya serta mereka tidak meninggalkan sedikitpun budaya-budaya yang di turunkan oleh nenek moyang mereka. sekali lagi, kemajuan mereka (Jepang) dapat mengkolaborasikan antara kultur dan budaya mereka dengan kemajuan teknologi yang mereka capai tanpa meninggalkan budaya leluhur mereka sehingga di mata Dunia negara tersebut menjadi salah satu negara maju yang disegani oleh negara-negara lainnya. Itulah sekelumit pemaparan mengenai kemajuan teknologi di era melenium ini, era yang mengharuskan manusia untuk berinteraksi dengan teknologi dikarenakan dengan adanya interaksi tersebut manusia dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan dunia baik melalui media televisi, internet, dan melalui media lainnya. Namun dengan adanya perkembangan tersebut seharusnya diikuti dengan pengertian yang berkaitan dengan dampak-dampak positif dan negatif sehingga dapat memilah mana yang dapat di ambil manfaatnya dan mana yang harus dijauhi. A.3 Teknologi Sebagai kegiatan Manusia Teknologi merupakan salah satu alat bantu manusia dalam beraktivitas dan bekerja sehingga para penggunanya dapat melakukan segala aktivitas dengan se-efektif dan se-efesien mungkin. Kegiatan manusia termasuk salah satu pengertian dalam teknologi yang dapat di sudutkan menjadi dua pokok, yaitu membuat dan menggunakan. Membuat adalah suatu kegiatan merancang dan menciptakan suatu barang buatan sesuai dengan fungsi barang yang di buat. Sebagai contoh orang zaman dahulu ketika membuat kapal mereka akan membuat terlebih dahulu kapak, palu, gergaji, alat pengukur, dan alat lainnya sebelum proses pembuatan perahu, ketika alat-alat tersebut sudah jadi dan lengkap maka barulah memulai pembuatan perahu. Dalam pembuatannya dapat terlihat dua proses yang berkesinambungan yaitu proses membuat dan proses menggunakan. Begitu juga zaman modern sekarang, ketika pabrik-pabrik akan memproduksi sesuatu mereka akan membuat mesin-mesin terlebih dahulu, lalu mereka akan memproduksi sesuatu yang telah mereka rencanakan. Dengan jelas bahwa yang dimaksud teknologi sebagai kegiatan manusia adalah setiap kegiatan dan aktivitas yang menopang kinerja manusia dalam memperoleh hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Namun tidak semua aktifitas yang dilakukan manusia dalam kesehariannya membutuhkan bantuan perlatan teknologi. B. TEKNOLOGI PENDIDIKAN B.1 Antara Teknologi dan Pendidikan Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat korelasi antara penggunaan alat bantu (media elektronik) baik berupa hardware maupun software dapat membantu aktivitas pembelajaran dalam kelas. Utamanya bagi para siswa yang akan termotivasi ketika mengikuti pembelajaran yang menggunakan media tersebut serta dapat mempengaruhi prestasi belajarnya dengan adanya hal tersebut. Perkembangan teknologi juga harus bisa dimanfaatkan oleh para guru/dosen keitka mengajar yang ingin mengurangi beban dalam mengajar seminimal mungkin. Karena pada umumnya para guru mengunakan metode mengajar konvensional (metode ceramah) sehingga para murid akan merasa bosan dan jenuh dengan metode tersebut. Berangkat dari hal tersebut hendaknya para guru harus membekali diri mereka dengan kemampuan yang berbasisi IT supaya dapat mengimbangi perkembangan zaman dan dapat mengaplikasikannya di dalam metode pembelajaran. Realita yang lain yaitu banyaknya peserta didik yang mahir dalam mengoperasikan komputer serta surfing di dunia maya daripada para guru yang dapat dikatakan “gaptek” karena kurangnya mengotak-atik komputer. Hal inilah yang menjadi permasalahan para guru sekarang, mereka kurang atau belum mendapatkan pembelajaran berkaitan dengan teknologi pada masa mereka merengkuh bangku sekolah. Ini merupakan salah satu tugas pemerintah untuk mengatasi problem tersebut, salah satu caranya dengan memberikan sosialisasi pada guru akan pentingnya pendidikan yang berbasis IT sehingga para guru tersebut dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran dan “tidak kalah” dengan muridnya (dalam perkembangan teknologi). B.2 Teknologi Pendidikan Bisa diasumsikan dengan keberadaan teknologi dapat membantu kinerja pendidik di dalam proses pembelajaran sehingga muncul suatu pembahasan dalam dunia kependidikan yang dinamakan teknologi pendidikan. Tekonologi pendidikan sering mengandung konotasi penggunaan peralatan atau mesin-mesin yang rumit sebagai ciri utamanya. Konotasi tersebut tidak selamanya benar, (Sudarwan Danim, 1995) merumuskan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu pendekatan kritis, logis, sistematis dan ilmiah terhadap pendidikan. Dalam teknologi pendidikan bukan hanya semata-mata mementingkan alat teknologi khususnya teknologi komunikasi, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah proses yang logis, sistematis, dan ilmiah dalam penggunaannya. Istilah yang digunakan dalam bahasa Inggris ialah “instructional technology” atau “educational technology”. Dalam pendapat yang lain (Commision on Instructional Technology, 1997) mendefinisikan sebagai “instructional technology means the media born of the communications revolutions which can be used for instructional purpose along side the teacher, the book, and the blackboard” , atau teknologi pendidikan merupakan media yang berkembang dengan adanya revolusi telekomunikasi yang dapat digunakan sebagai pendamping mengajar para guru, buku-buku, dan papan tulis. Senada dengan itu, teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Secara umum teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang secara tepat dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran disamping peran dari guru, papan tulis dan buku ajar. Pendapat tersebut mengandung asumsi bahwa tidak selamanya keberadaan teknologi dalam dunia kependidikan dapat mengalihkan kinerja seorang guru dan peran buku ajar. Sebisa mungkin para pendidik menggabungkan antara kemajuan teknologi dengan sistem pengajaran di dalam kelas. Dari hal tersebut maka teknologi pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai indikator telah terlaksananya suatu pembelajaran : Merumuskan tujuan dengan teliti dan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati, sehingga dapat diukur keberhasilan terapanya tujuan itu. Meneliti pengetahuan keterampilan dan sikap yang telah di miliki tiap anak didik sebagai dasar pelajaran baru sehingga diketahui kemajuan dari proses belajar-mengajar. Menganalisisi bahan pelajaran yang akan disajikan dalam bagian-bagian yang dapat dipelajari dengan mudah. Berdasarkan analisis bahan pelajaran menentukan: Urutan mempelajari bahan agar tercapai hasil belajar yang optimal Starategi belajar yang tepat dalam menyampaikan bahan tersebut. Mengujicobakan bahan tersebut agar mengetahui kelemahannya. Mengadakan perubahan dan evaluasi dari proses pengujicobaan untuk meningkatkan mutu program itu. B.3 Fungsi Teknologi Dalam Pembelajaran Secara garis besar di dalam penerapan teknologi sebagai alat bantu mengajar terdapat fungsi-fungsi utama dalam proses pembelajaran, yaitu: Teknologi sebagai alat (tools). Dalam penggunaannya para pengajar maupun para sisiwa dapat terbantu dengan adanya teknologi sehingga mempermudah proses pembelajaran. Misalnya membantu dalam mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base, merumuskan data administratif siswa,guru, karyawan, dan sebagainya. Teknologi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam pengaplikasiannya teknologi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan TIK. Sesuai kurikulum terbaru yang menekankan para siswa setingkat SMP ke atas untuk bisa menggunakan secara positif dari kemajuan teknologi yang termasuk bagian dari scinece. Teknologi sebagai alat bantu dan bahan dalam mengajar. dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbasis komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator. Ketiganya merupakan peran masing-masing dari adanya fungsi teknologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam media bantu pembelajaran di dalam kelas. Fungsi-fungsi tersebut apabila bisa di lakukan oleh para pendidik dengan sebaik-baiknnya dalam melakukan proses belajar-mengajar maka hal itu akan membantu meminimalisir kinerja guru. Serta tidak menutup kemungkinan akan muncul model-model pembelajaran yang baru yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dengan metode belajar yang ada. C. PENGAJARAN C.1 Pengertian Pengajaran Pengajaran dapat didefinisikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan kelas sedemikian rupa,sehingga terjadi interaksi antara keduanya, termasuk di dalamnya guru, murid, alat bantu pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya. C.2 Metode-Metode Pengajaran Di dalam suatu pembelajaran dalam kelas terdapat berbagai metode metode pengajaran. Sebelum membahas mengenai hal tersebut alangkah baiknya menegrti definisi dari metode pengajaraan. Metode pengajaran merupakan suatu proses mengorganisasi atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar sehingga terjadi proses belajar yang diinginkan. Metode mengajar dapat dikatakan berhasil dilihat dari hasil output peserta didik tersebut. Apabila terdapat sesuatu yang kurang dalam metode yang diaplikasikan ketika mengajar maka dapat terlihat dari output peserta didik sehingga dapat di evaluasi kembali apa yang belum sempurna dari penyelenggaraan metode tersebut. Ahli penididikan sepakat bahwa belum ada satu metode mengajar yang di pandang paling baik, karena baik tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan, jumlah peserta didik, fasilitas pendukung, kesanggupan tiap individu dan lain sebagainya. Oleh karena itu kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sederhana dan kompleks. Atas dasar itu juga, metode-metode yang dipakai oleh pengajar saat ini didasarkan pada praktek-praktek empiris, pendapat para ahli pendidikan, petunjuk orang lain, atau bahkan hanya spekulasi saja. Oleh karena banyak menonjolkan aspek seni dalam mengajar, maka gaya mengajar sesorang tidak dapat dituangkan dalam bentuk format khusus. Adapun metode-metode mengajar yang umum di pakai dalam proses belajar-mengajar di kelas antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode tugas, metode karyawisata, metode seminar, dan masih banyak metode pembelajaran yang lain. Metode Ceramah. Metode ini dapat diartikan sebagai proses penyampaian bahan ajar dengan jalan menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada saat yang beesamaan materi tersebut diterima sekelompok subjek. Metode ini paling sering dipakai, terutama untuk menyampaikan materi yang bersifat teoritis ataupun sebagai pengantar ke arah praktik, meskipun teori ini dianggap klasik (tradisional), metode ini tetap populer. Yang terpenting dari metode ini adalah bagaimana seorang guru dapat berceramah dengan baik dan dapat diterima murid. Metode Diskusi. Diskusi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian materi, dimana guru bersama peserta didik mengadakan dialog dengan tema mata pelajaran yang diajarkan. Atau guru memberikan suatu permasalahan yang kemudian di dialogkan untuk mencari jalan keluar dan menyerap serta menganalisis permasalahan itu. Metode Tugas. Tugas merupakan materi tambahan yang diberi oleh guru pada murid, baik di dalam maupun di luar kelas. Tugas-tersebut dibebankan untuk menambah wawasan peserta didik serta menambah nilai dari hasil mengerjakan tugas tersebut. Metode Karyawisata. Salah satu strategi belajar mengajar dimana guru dan murid mengunjungi suatu tempat tertentu untuk mendapatkan sesuatu yang empiris. Metode ini biasanya sebagai pelengkap dari materi pokok yang diajarkan dalam kelas atau dari buku-buku. Metode Seminar. Metode ini sering digunakan, baik untuk mata kuliah seminar maupun mata kuliah yang lain yang disajikan dalam bentuk seminar. Dengan metode ini biasanya dapat menjadikan wawasannya bertambah luas. Metode Privat. Metode ini pengajar memberi tuntutan secara penuh. Pembelajaran di berikan secara biasa (dengan bentuk klasikal), dan murid mencatatnya. Berdasarkan catatan yang mereka buat murid harus menyusun lembar kerja. Lembar kerja selanjutnya akan dibahas dengan pengajar, dalam lembar kerja tersebut pengajar akan memeriksa secara teliti, sehingga mengetahui yang dijelaskan guru benar-benar dimengerti oleh murid . Dari pemaparan di atas sangat banyak metode-metode yang bisa digunakan oleh guru dalam pengaplikasianya di kelas. Para gurupun bisa memilih salah satu dari metode tersebut atau justru bereksperiment dengan metode yang mereka buat sendiri. Namun sampai saat ini belum ada metode mengajar yang tepat dan fleksibel di berbagai bentuk pengajaran yang ada. C.3 Mengajar Sebagai Ilmu dan Teknologi Pengajaran yang berbasis dengan ilmu dan teknologi (teaching fundamentally is a science) sangatlah membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Konsep mengajar sebagai ilmu dan teknologi mengatakan bahwa mengajar adalah pengembangan, penerapan, penilaian teknik serta alat bantu yang dilakukan secara ilmiah dan menggunakan teknologi tertentu. Adapun karakteristik dari mengajar sebagai ilmu dan teknologi adalah sebagai berikut: Menggunakan pendekatan teknologis. Sistematis, logis, dan ilmiah. Melibatkan perangkat keras (hardware) serta perangkat lunak (software). Interaksi yang menonjol ialah interaksi murid-mesin atau teknologi. Kurang memperhatikan aspek emosional. Peranan guru lebih banyak dalam hal fasilitator. Hal-hal tersebut merupakan karakteristik pengajaran yang berbasis teknologi.. Biasanya sekolah-sekolah yang menerapkan karakteristik tersebut ialah sekolah yang berada di perkotaan. Dikarenakan pendidikan di perkotaan sangatlah ketat persaingannya di dalam meningkatkan mutu sekolah supaya dapat menarik minat para calon peserta didik baru. D. HIPOTESA Dengan adanya pembahasan di atas dapat di tarik benang merahnya bahwa dunia kependidikan membutuhkan adanya peran kemajuan teknologi. Jadi hipotesa yang penulis simpulkan dari landasan teori di atas adalah: “Terdapat hubungan antara kemajuan teknologi dengan metode pengajaran dalam kelas” BAB III PERHITUNGAN DATA Dari pemaparan hipotesa di atas yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kemajuan teknologi dengan metode pengajaran dalam kelas. Yang apabila di masukan dalam variabel sebagai berikut: Ket: - Variabel X: Kemajuan Teknologi - Variabel Y: Metode Pengajaran dalam kelas Hipotesis Analisisnya ialah: -Hipotesis Alternatif (Ha)-nya adalah: Ada korelasi antara kemajuan teknologi dengan metode pengajaran dalam kelas. - Hipotesis Nihil (H0)-nya adalah: Tidak ada korelasi antara kemajuan teknologi dengan metode pengajaran dalam kelas. Variabel X dan Y apabila di masukkan dalam data perhitungan menjadi: No. X Y 1 5 6 2 7 5 3 9 5 4 6 4 5 5 5 6 5 8 7 6 8 8 7 8 9 8 7 10 6 7 11 7 5 12 9 6 13 8 6 14 7 7 15 6 7 16 5 8 17 6 9 18 4 9 19 7 9 20 9 8 21 6 7 22 4 5 23 7 5 24 4 5 25 8 7 26 9 7 27 9 8 28 7 7 29 7 6 30 6 6 Tabel Penyelesaiannya sebagai berikut: No. X Y X.Y X2 Y2 1 5 6 30 25 36 2 7 5 35 49 25 3 9 5 45 81 25 4 6 4 24 36 16 5 5 5 25 25 25 6 5 8 40 25 64 7 6 8 48 36 64 8 7 8 56 49 64 9 8 7 56 64 49 10 6 7 42 36 49 11 6 5 30 36 25 12 9 6 54 81 36 13 8 6 48 64 36 14 7 7 49 49 49 15 6 7 42 36 49 16 5 8 40 25 64 17 6 9 54 36 81 18 4 9 36 16 81 19 7 9 63 49 81 20 9 8 72 81 64 21 6 7 42 36 49 22 4 5 20 16 25 23 7 5 35 49 25 24 4 5 20 16 25 25 8 7 56 64 49 26 9 7 63 81 49 27 9 8 72 81 64 28 7 7 49 49 49 29 7 6 42 49 36 30 6 6 36 36 36 ∑ X= 198 ∑ Y= 200 ∑X.Y= 1324 ∑ X2= 1376 ∑ Y2= 1390 rxy = (N ( ∑XY)- (∑X . ∑Y))/√((N.(∑X^2 )–(∑X)^(2 ). N (∑Y^2 )- (∑Y)^(2 ))) = (30 ( 1324)- (198 .200))/√((30.(1376 )–(198)^(2 ). 30 (1390)- (200)^(2 ))) = (39720-39600)/√((41280–(39204)^ . 41700-(40000))) = 120/√(2076.1700 ) = 120/√3529200 = 120/1878.61 = 0.063 Df = N – nr = 30 – 2 = 28 Keterangan: N : Number of cases nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan rhitung = 0.063 rtabel pada taraf signifikansi 5% = 0,361 pada taraf signifikansi 1% = 0,463 Dengan demikian rxy = 0,063 lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikan 5% maupun 1% (0,361>0,063

10 Logika dasar penangkal syi'ah

BERIKUT ini adalah 10 LOGIKA DASAR akidah Syiah bisa diajukan sebagai bahan diskusi ke kalangan Syiah dari level awam, sampai level ulama. Setidaknya, logika ini bisa dipakai sebagai "anti virus" untuk menangkal propaganda dai-dai Syiah yang ingin menyesatkan Ummat Islam dari jalan yang lurus.
Kalau Anda berbicara dengan orang Syiah, atau ingin mengajak orang Syiah bertaubat dari kesesatan, atau diajak berdebat oleh orang Syiah, atau Anda mulai dipengaruhi dai-dai Syiah; coba kemukakan 10 LOGIKA DASAR di bawah ini. Sehingga kita bisa membuktikan, bahwa ajaran mereka sesat dan tidak boleh diikuti.
LOGIKA 1: "Nabi dan Ahlul Bait"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Apakah Anda mencintai dan memuliakan Ahlul Bait Nabi?" Dia pasti akan menjawab: "Ya! Bahkan mencintai Ahlul Bait merupakan pokok-pokok akidah kami." Kemudian tanyakan lagi: "Benarkah Anda sungguh-sungguh mencintai Ahlul Bait Nabi?" Dia tentu akan menjawab: "Ya, demi Allah!"
Lalu katakan kepada dia: "Ahlul Bait Nabi adalah anggota keluarga Nabi. Kalau orang Syiah mengaku sangat mencintai Ahlul Bait Nabi, seharusnya mereka lebih mencintai sosok Nabi sendiri? Bukankah sosok Nabi Muhammad Shallallah ‘Alaihi Wasallam lebih utama daripada Ahlul Bait-nya? Mengapa kaum Syiah sering membawa-bawa nama Ahlul Bait, tetapi kemudian melupakan Nabi?"
Faktanya, ajaran Syiah sangat didominasi oleh perkataan-perkataan yang katanya bersumber dari Fathimah, Ali, Hasan, Husein, dan anak keturunan mereka. Kalau Syiah benar-benar mencintai Ahlul Bait, seharusnya mereka lebih mendahulukan Sunnah Nabi, bukan sunnah dari Ahlul Bait beliau. Syiah memuliakan Ahlul Bait karena mereka memiliki hubungan dekat dengan Nabi. Kenyataan ini kalau digambarkan seperti: "Lebih memilih kulit rambutan daripada daging buahnya."
LOGIKA 2: "Ahlul Bait dan Isteri Nabi"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Siapa saja yang termasuk golongan Ahlul Bait Nabi?" Nanti dia akan menjawab: "Ahlul Bait Nabi adalah Fathimah, Ali, Hasan, Husein, dan anak-cucu mereka." Lalu tanyakan lagi: "Bagaimana dengan isteri-isteri Nabi seperti Khadijah, Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab, Ummu Salamah, dan lain-lain? Mereka termasuk Ahlul Bait atau bukan?" Dia akan mengemukakan dalil, bahwa Ahlul Bait Nabi hanyalah Fathimah, Ali, Hasan, Husein, dan anak-cucu mereka.
Kemudian tanyakan kepada orang itu: "Bagaimana bisa Anda memasukkan keponakan Nabi (Ali) sebagai bagian dari Ahlul Bait, sementara isteri-isteri Nabi tidak dianggap Ahlul Bait? Bagaimana bisa cucu-cucu Ali yang tidak pernah melihat Rasulullah dimasukkan Ahlul Bait, sementara isteri-isteri yang biasa tidur seranjang bersama Nabi tidak dianggap Ahlul Bait? Bagaimana bisa Fathimah lahir ke dunia, jika tidak melalui isteri Nabi, yaitu Khadijah Radhiyallahu ‘Anha? Bagaimana bisa Hasan dan Husein lahir ke dunia, kalau tidak melalui isteri Ali, yaitu Fathimah? Tanpa keberadaan para isteri shalihah ini, tidak akan ada yang disebut Ahlul Bait Nabi."
Faktanya, dalam Surat Al Ahzab ayat 33 disebutkan: "Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankumul rijsa ahlal baiti wa yuthah-hirakum that-hira." (bahwasanya Allah menginginkan menghilangkan dosa dari kalian, para ahlul bait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya). Dalam ayat ini isteri-isteri Nabi masuk kategori Ahlul Bait, menurut Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bahkan selama hidupnya, mereka mendapat sebutan Ummul Mu'minin (ibunda orang-orang Mukmin) Radhiyallahu ‘Anhunna.
LOGIKA 3: "Islam dan Sahabat"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Apakah Anda beragama Islam?" Maka dia akan menjawab dengan penuh keyakinan: "Tentu saja, kami adalah Islam. Kami ini Muslim." Lalu tanyakan lagi ke dia: "Bagaimana cara Islam sampai Anda, sehingga Anda menjadi seorang Muslim?" Maka orang itu akan menerangkan tentang silsilah dakwah Islam. Dimulai dari Rasulullah, lalu para Shahabatnya, lalu dilanjutkan para Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in, lalu dilanjutkan para ulama Salafus Shalih, lalu disebarkan oleh para dai ke seluruh dunia, hingga sampai kepada kita di Indonesia."
Kemudian tanyakan ke dia: "Jika Anda mempercayai silsilah dakwah Islam itu, mengapa Anda sangat membenci para Shahabat, mengutuk mereka, atau menghina mereka secara keji? Bukankah Anda mengaku Islam, sedangkan Islam diturunkan kepada kita melewati tangan para Shahabat itu. Tidak mungkin kita menjadi Muslim, tanpa peranan Shahabat. Jika demikian, mengapa orang Syiah suka mengutuk, melaknat, dan mencaci-maki para Shahabat?"
Faktanya, kaum Syiah sangat membingungkan. Mereka mencaci-maki para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum dengan sangat keji. Tetapi di sisi lain, mereka masih mengaku sebagai Muslim. Kalau memang benci Shahabat, seharusnya mereka tidak lagi memakai label Muslim. Sebuah adagium yang harus selalu diingat: "Tidak ada Islam, tanpa peranan para Shahabat!"
LOGIKA 4: "Seputar Imam Syiah"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Apakah Anda meyakini adanya imam dalam agama?" Dia pasti akan menjawab: "Ya! Bahkan imamah menjadi salah satu rukun keimanan kami." Lalu tanyakan lagi: "Siapa saja imam-imam yang Anda yakini sebagai panutan dalam agama?" Maka mereka akan menyebutkan nama-nama 12 imam Syiah. Ada juga yang menyebut 7 nama imam (versi Ja'fariyyah).
Lalu tanyakan kepada orang Syiah itu: "Mengapa dari ke-12 imam Syiah itu tidak tercantum nama Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali? Mengapa nama empat imam itu tidak masuk dalam deretan 12 imam Syiah? Apakah orang Syiah meragukan keilmuan empat imam madzhab tersebut? Apakah ilmu dan ketakwaan empat imam madzhab tidak sepadan dengan 12 imam Syiah?"
Faktanya, kaum Syiah tidak mengakui empat imam madzhab sebagai bagian dari imam-imam mereka. Kaum Syiah memiliki silsilah keimaman sendiri. Terkenal dengan sebutan "Imam 12" atau Imamah Itsna Asyari. Hal ini merupakan bukti besar, bahwa Syiah bukan Ahlus Sunnah. Semua Ahlus Sunnah di muka bumi sudah sepakat tentang keimaman empat Imam tersebut. Para ahli ilmu sudah mafhum, jika disebut Al Imam Al Arba'ah, maka yang dimaksud adalah empat imam madzhab rahimahumullah.
LOGIKA 5: "Allah dan Imam Syiah"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Siapa yang lebih Anda taati, Allah Ta'ala atau imam Syiah?" Tentu dia akan akan menjawab: "Jelas kami lebih taat kepada Allah." Lalu tanyakan lagi: "Mengapa Anda lebih taat kepada Allah?" Mungkin dia akan menjawab: "Allah adalah Tuhan kita, juga Tuhan imam-imam kita. Maka sudah sepantasnya kita mengabdi kepada Allah yang telah menciptakan imam-imam itu."
Kemudian tanyakan ke orang itu: "Mengapa dalam kehidupan orang Syiah, dalam kitab-kitab Syiah, dalam pengajian-pengajian Syiah; mengapa Anda lebih sering mengutip pendapat imam-imam daripada pendapat Allah (dari Al Qur'an)? Mengapa orang Syiah jarang mengutip dalil-dalil dari Kitab Allah? Mengapa orang Syiah lebih mengutamakan perkataan imam melebihi Al Qur'an?"
Faktanya, sikap ideologis kaum Syiah lebih dekat ke kemusyrikan, karena mereka lebih mengutamakan pendapat manusia (imam-imam Syiah) daripada ayat-ayat Allah. Padahal dalam Surat An Nisaa' ayat 59 disebutkan, jika terjadi satu saja perselisihan, kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah sikap Islami, bukan melebihkan pendapat imam di atas perkataan Allah.
LOGIKA 6: "Ali dan Jabatan Khalifah"
Tanyakan kepada orang Syiah: "Menurut Anda, siapa yang lebih berhak mewarisi jabatan Khalifah setelah Rasulullah wafat?" Dia pasti akan menjawab: "Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi Khalifah." Lalu tanyakan lagi: "Mengapa bukan Abu Bakar, Umar, dan Ustman?" Maka kemungkinan dia akan menjawab lagi: "Menurut riwayat saat peristiwa Ghadir Khum, Rasulullah mengatakan bahwa Ali adalah pewaris sah Kekhalifahan."
Kemudian katakan kepada orang Syiah itu: "Jika memang Ali bin Abi Thalib paling berhak atas jabatan Khalifah, mengapa selama hidupnya beliau tidak pernah menggugat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, dan Khalifah Utsman? Mengapa beliau tidak pernah menggalang kekuatan untuk merebut jabatan Khalifah? Mengapa ketika sudah menjadi Khalifah, Ali tidak pernah menghujat Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Ustman, padahal dia memiliki kekuasaan? Kalau menggugat jabatan Khalifah merupakan kebenaran, tentu Ali bin Abi Thalib akan menjadi orang pertama yang melakukan hal itu."
Faktanya, sosok Husein bin Ali Radhiyallahu ‘Anhuma berani menggugat kepemimpinan Dinasti Umayyah di masa Yazid bin Muawiyyah, sehingga kemudian terjadi Peristiwa Karbala. Kalau putra Ali berani memperjuangkan apa yang diyakininya benar, tentu Ali Radhiyallahu ‘Anhu lebih berani melakukan hal itu.
LOGIKA 7: "Ali dan Husein"
Tanyakan ke orang Syiah: "Menurut Anda, mana yang lebih utama, Ali atau Husein?" Maka dia akan menjawab: "Tentu saja Ali bin Abi Thalib lebih utama. Ali adalah ayah Husein, dia lebih dulu masuk Islam, terlibat dalam banyak perang di zaman Nabi, juga pernah menjadi Khalifah yang memimpin Ummat Islam." Atau bisa saja, ada pendapat di kalangan Syiah bahwa kedudukan Ali sama tingginya dengan Husein.
Kemudian tanyakan ke dia: "Jika Ali memang dianggap lebih mulia, mengapa kaum Syiah membuat peringatan khusus untuk mengenang kematian Husein saat Hari Asyura pada setiap tanggal 10 Muharram? Mengapa mereka tidak membuat peringatan yang lebih megah untuk memperingati kematian Ali bin Abi Thalib? Bukankah Ali juga mati syahid di tangan manusia durjana? Bahkan beliau wafat saat mengemban tugas sebagai Khalifah."
Faktanya, peringatan Hari Asyura sudah seperti "Idul Fithri" bagi kaum Syiah. Hal itu untuk memperingati kematian Husein bin Ali. Kalau orang Syiah konsisten, seharusnya mereka memperingati kematian Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu lebih dahsyat lagi.
Logika 8: "Syiah dan Wanita"
Tanyakan ke orang Syiah: "Apakah dalam keyakinan Syiah diajarkan untuk memuliakan wanita?" Dia akan menjawab tanpa keraguan: "Tentu saja. Kami diajari memuliakan wanita, menghormati mereka, dan tidak menzhalimi hak-hak mereka?" Lalu tanyakan lagi: "Benarkah ajaran Syiah memberi tempat terhormat bagi kaum wanita Muslimah?" Orang itu pasti akan menegaskan kembali.
Kemudian katakan ke orang Syiah itu: "Jika Syiah memuliakan wanita, mengapa mereka menghalalkan nikah mut'ah? Bukankah nikah mut'ah itu sangat menzhalimi hak-hak wanita? Dalam nikah mut'ah, seorang wanita hanya dipandang sebagai pemuas seks belaka. Dia tidak diberi hak-hak nafkah secara baik. Dia tidak memiliki hak mewarisi harta suami. Bahkan kalau wanita itu hamil, dia tidak bisa menggugat suaminya jika ikatan kontraknya sudah habis. Posisi wanita dalam ajaran Syiah, lebih buruk dari posisi hewan ternak. Hewan ternak yang hamil dipelihara baik-baik oleh para peternak. Sedangkan wanita Syiah yang hamil setelah nikah mut'ah, disuruh memikul resiko sendiri."
Faktanya, kaum Syiah sama sekali tidak memberi tempat terhormat bagi kaum wanita. Hal ini berbeda sekali dengan ajaran Sunni. Di negara-negara seperti Iran, Irak, Libanon, dll. praktik nikah mut'ah marak sebagai ganti seks bebas dan pelacuran. Padahal esensinya sama, yaitu menghamba seks, menindas kaum wanita, dan menyebarkan pintu-pintu kekejian. Semua itu dilakukan atas nama agama. Na'udzubillah wa na'udzubillah min dzalik.
LOGIKA 9: "Syiah dan Politik"
Tanyakan ke orang Syiah: "Dalam pandangan Anda, mana yang lebih utama, agama atau politik?" Tentu dia akan berkata: "Agama yang lebih penting. Politik hanya bagian dari agama." Lalu tanyakan lagi: "Bagaimana kalau politik akhirnya mendominasi ajaran agama?" Mungkin dia akan menjawab: "Ya tidak bisa. Agama harus mendominasi politik, bukan politik mendominasi agama."
Lalu katakan ke orang Syiah itu: "Kalau perkataan Anda benar, mengapa dalam ajaran Syiah tidak pernah sedikit pun melepaskan diri dari masalah hak Kekhalifahan Ali, tragedi yang menimpa Husein di Karbala, dan kebencian mutlak kepada Muawiyyah dan anak-cucunya? Mengapa hal-hal itu sangat mendominasi akal orang Syiah, melebihi pentingnya urusan akidah, ibadah, fiqih, muamalah, akhlak, tazkiyatun nafs, ilmu, dll. yang merupakan pokok-pokok ajaran agama? Mengapa ajaran Syiah menjadikan masalah dendam politik sebagai menu utama akidah mereka melebihi keyakinan kepada Sifat-Sifat Allah?"
Faktanya, ajaran Syiah merupakan contoh telanjang ketika agama dicaplok (dianeksasi) oleh pemikiran-pemikiran politik. Bahkan substansi politiknya terfokus pada sikap kebencian mutlak kepada pihak-pihak tertentu yang dianggap merampas hak-hak imam Syiah. Dalam hal ini akidah Syiah mirip sekali dengan konsep Holocaust yang dikembangkan Zionis internasional, dalam rangka memusuhi Nazi sampai ke akar-akarnya. (Bukan berarti pro Nazi, tetapi disana ada sisi-sisi kesamaan pemikiran).
LOGIKA 10. "Syiah dan Sunni"
Tanyakan ke orang Syiah: "Mengapa kaum Syiah sangat memusuhi kaum Sunni? Mengapa kebencian kaum Syiah kepada Sunni, melebihi kebencian mereka kepada orang kafir (non Muslim)?" Dia tentu akan menjawab: "Tidak, tidak. Kami bersaudara dengan orang Sunni. Kami mencintai mereka dalam rangka Ukhuwwah Islamiyyah. Kita semua bersaudara, karena kita sama-sama mengerjakan Shalat menghadap Kiblat di Makkah. Kita ini sama-sama Ahlul Qiblat."
Kemudian katakan ke dia: "Kalau Syiah benar-benar mau ukhuwwah, mau bersaudara, mau bersatu dengan Sunni; mengapa mereka menyerang tokoh-tokoh panutan Ahlus Sunnah, seperti Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Utsman, isteri-isteri Nabi (khususnya Aisyah dan Hafshah), Abu Hurairah, Zubair, Thalhah, dan lain-lain? Mencela, memaki, menghina, atau mengutuk tokoh-tokoh itu sama saja dengan memusuhi kaum Sunni. Tidak pernah ada ukhuwwah atau perdamaian antara Sunni dan Syiah, sebelum Syiah berhenti menista para Shahabat Nabi, selaku panutan kaum Sunni."
Fakta yang perlu disebut, banyak terjadi pembunuhan, pengusiran, dan kezhaliman terhadap kaum Sunni di Iran, Irak, Suriah, Yaman, Libanon, Pakistan, Afghanistan, dll. Hal itu menjadi bukti besar bahwa Syiah sangat memusuhi kaum Sunni. Hingga anak-anak Muslim asal Palestina yang mengungsi di Irak, mereka pun tidak luput dibunuhi kaum Syiah. Hal ini pula yang membuat Syaikh Qaradhawi berubah pikiran tentang Syiah. Jika semula beliau bersikap lunak, akhirnya mengakui bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah sangat sulit disatukan. Dalam lintasan sejarah kita mendapati bukti lain, bahwa kaum Syiah tidak pernah terlibat perang melawan negara-negara kufar. Justru mereka sering bekerjasama dengan negara kufar dalam rangka menghadapi kaum Muslimin. Hancurnya Kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, sikap permusuhan Dinasti Shafawid di Mesir, era Perang Salib di masa Shalahuddin Al Ayyubi, serta Khilafah Turki Utsmani, di atas semua itu terekam fakta-fakta pengkhianatan Syiah terhadap kaum Muslimin. Begitu juga, jatuhnya Afghanistan dan Iraq ke tangan tentara Sekutu di era modern, tidak lepas dari jasa-jasa para anasir Syiah dari Iran.
Demikianlah 10 LOGIKA DASAR yang bisa kita gunakan untuk mematahkan pemikiran-pemikiran kaum Syiah. Insya Allah tulisan ini bisa dimanfaatkan untuk secara praktis melindungi diri, keluarga, dan Ummat Islam dari propaganda-propaganda Syiah. Amin Allahumma amin.
Jika ada benarnya, hal itu semata merupakan karunia Allah Azza Wa Jalla. Kalau ada kesalahan, khilaf, dan kekurangan, itu dari diri saya sendiri. Wal ‘afwu minkum katsira, wastaghfirullaha li wa lakum, wa li sa'iril Muslimin. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, wallahu a'lam bisshawaab.

source: www.arrahmah.com


Sepak Terjang Syi’ah di Indonesia


(Oleh: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)
Perjalanan kaum Syi'ah di negeri ini semakin jelas. Dimulai ketika terjadi revolusi Iran yang mengantarkan ajaran atau (tepatnya disebut) dîn (agama) Syi'ah menguasai Iran sebagai agama penguasa setelah pemerintahan Reza Pahlevi runtuh. Setelah terjadi revolusi di Iran di penghujung tahun 1979, mereka mulai menyebarkan ajaran mereka keseluruh negeri Islam dengan mengatas-namakan dakwah Islam. Terutama ke negeri Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah kaum Muslimin.
Ada tiga faktor yang menyebabkan Syi'ah mudah masuk ke Indonesia. Yaitu:

Pertama, kaum Muslimin terbelakang dalam pemahaman terhadap aqidah Islam yang shahîhah (benar) yang berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah.
Kedua, mayoritas kaum Muslimin pada saat itu sangat jauh dari manhaj Salafush Shâlih. Mereka hanya sekedar mengenal nama yang agung ini, namun dari sisi pemahaman pengamalan dan dakwah jauh sekali dari pemahaman dan praktek Salaful Ummah (generasi terbaik umat Islam). Memang ada sebagian kaum Muslimin yang menyeru kepada al-Qur’ân dan Sunnah, tetapi menurut pemahaman masing-masing tanpa ada satu metode yang akan mengarahkan dan membawa mereka kepada pemahaman yang shahîh (benar).

Ketiga, kebanyakan kaum Muslimin termasuk tokoh-tokoh mereka di negeri ini kurang paham atau tidak paham sama sekali tentang ajaran Syi'ah yang sangat berbahaya terhadap Islam dan kaum Muslimin, bahkan bagi seluruh umat manusia. Pemahaman mereka terhadap ajaran Syi'ah sebatas Syi'ah sebagai madzhab fiqh, sebagaimana madzhab-madzhab yang ada dalam Islam yang merupakan hasil ijtihad para ulama seperti Imam Syafi’i, Abu Hanîfah, Mâlik, dan Ahmad dan lain-lain. Mereka mengira perbedaan antara Syi’ah dengan madzhab yang lain hanya pada masalah khilâfiyah furû’iyyah (perbedaan kecil). Oleh karena itu, sering kita dengar, para tokoh Islam di negeri kita ini mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kita dengan Syi'ah kecuali sekedar perbedaan furu’iyyah.

Dengan tiga sebab ini, Syi’ah bisa masuk ke negeri ini dan mempengaruhi sebagian kaum muslimin. Mereka menamakan perjuangan mereka perjuangan islam untuk menegakan Daulah Islamiyah.
[1] Padahal pada hakekatnya untuk menegakan Daulah Râfidhah.
Mereka hendak menyebarkan dan mendakwahkan ajaran mereka. Karena dalam pandangan mereka, tidak ada hukum Islam kecuali yang diambil dari ajaran ini (Syi'ah) dan ditegakkan oleh mereka.
Khomaini, pemimpin mereka telah menulis beberapa kitab. Tiga diantara kitab-kitab ini menjelaskan dengan gamblang kepada kita tentang jati diri penulis dan para pengikutnya. Tiga kitab itu adalah:
1.      Kitab Hukumâtul Islamiyah
2.      Kitab Tahrîrul Wasîlah
3.      Kitab Jihâdun Nafs atau dengan judul Jihâdul Akbar.

Dalam tiga kitab ini, khususnya dalam kitab Hukumâtul Islamiyah, Khomaini secara tegas tanpa taqiyyah menyatakan beberapa hal penting sebagai dasar pada agama mereka. Diantaranya dua hal yang sangat mendasar yaitu:
·         Tidak ada hukum kecuali hukum Syi'ah. Jadi yang dimaksudkan dengan Hukumatul Islamiyah adalah hukum Râfidhah.
·         Tidak ada negeri islam kecuali yang ditegakkan oleh mereka.

Karena itu mereka menyeru agar kaum Muslimin mengikuti mereka. Berbagai upaya dilakukan, misalnya mengirimkan dai-dai ke seluruh negeri-negeri Islam atau dengan istilah pertukaran pelajar, atau cendekiawan, mempertemukan tokoh-tokoh mereka dengan tokoh-tokoh kaum Muslimin untuk mempersatukan Islam. Sebuah tanda tanya besar! Padahal yang diinginkan adalah agar kaum Muslimin mengikuti mereka.

Dalam kitab Hukumâtul Islamiyah juga, Khomaini dengan tegas mengatakan bahwa derajat imam-imam mereka lebih tinggi dari derajat para Nabi dan Rasul bahkan para Malaikat. Dalam kitab itu juga, Khomaini tidak mengenal Daulah Islamiyah kecuali yang ditegakkan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam dan Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu, adapun tiga khalifah sebelum Ali radhiyallâhu'anhu yaitu Abu Bakar radhiyallâhu'anhu, Umar radhiyallâhu'anhu, dan Utsman radhiyallâhu'anhu tidak dianggap sebagai kaum Muslimin.
Bahkan dalam kitab Jihâdul Akbar, Khomaini dengan tegas melaknat sahabat agung, penulis wahyu, iparRasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam dan pamannya kaum Muslimin yaitu Mu’âwiyah bin Abi Sufyânradhiyallâhu'anhu. Khomaini mengatakan bahwa Mu’âwiyah radhiyallâhu'anhu terlaknat di dunia dan di akhirat dengan mendapat adzab di akhirat. Seolah-olah dengan perkataannya ini, dia mengetahui perkara yang ghaib. Apakah Allâh Ta'âla telah mengikat perjanjian dengan dia? Apakah Allâh Ta'âla telah memberikan berita ghaib kepadanya? Sehingga dengan tegas dia berani mengucapkan perkataan ini?

Ini menunjukkan betapa kuat kebencian dan dendamnya yang membara kepada para pembesar kaum Muslimin yaitu para Sahabat radhiyallâhu'anhum. Oleh karena itu, ketika mengetahui perkataan-perkataan Khomaini dalam ketiga kitabnya tersebut, sebagian tokoh kaum Muslimin berbalik dan menyadari bahwa apa yang disuarakan “Persatuan dan Kesatuan Umat Islam”, “Tidak ada perbedaan antara mereka kecuali masalah furu’ saja”, semuanya adalah kebohongan.

AJARAN SYI’AH MASUK INDONESIA
Diawal tahun 1980, ajaran Syi’ah mulai masuk ke Indonesia, walaupun (sebatas yang saya ketahui) ketika itu, pemerintah awalnya menolak kedatangan tokoh-tokoh Syi'ah ke Indonesia untuk memperkenalkan ajaran mereka. Tetapi ada beberapa tokoh di Indonesia ini yang sangat berjasa bagi kelompok Rafidhah ini, diantaranya ada dua orang tokoh.
Keduanya berhasil meyakinkan pemerintah bahwa yang datang ini bukanlah murid-murid Khomaini tetapi lawan-lawannya serta mereka tidak membawa ajaran Khomaini. Pemerintah yang memang tidak paham ajaran Syi'ah[2], akhirnya memberikan ijin. Sejak itu, masuklah ajaran Syi’ah ke negeri kita ini.
Secara pribadi, ketika itu, saya (penulis) telah mengingatkan kepada sebagian ustadz dan kaum Muslimin bahwa kalau kita tidak menjelaskan masalah Syi’ah ini kepada ummat, maka ajarannya akan berkembang dan masuk ke berbagai lapisan masyarakat. Namun, sangat disesalkan, mereka tidak mengindahkannya dan tetap menganggap perbedaan antara kita dengan Syi'ah hanya dalam masalah furu’iyyah.
Padahal perbedaan kita dengan Syi'ah Râfidhah adalah perbedaan ushûl (pokok-pokok agama) dan furu’ yang keduanya tidak mungkin disatukan kecuali kalau salah satunya meninggalkan ajaran agamanya.
Di antara perbedaan ushûl (pokok) yang sangat mendasar sekali yang kalau diyakini oleh seseorang maka akan menyebabkan seorang itu murtad yaitu :
Pertama; keyakinan mereka bahwa al-Quran yang ada ditangan kaum muslimin saat ini, yang dibaca, yang dihafal dan diyakini sebagai kitabullâh yang diwahyukan kepada hambaNya dan RasulNya Muhammadshallallâhu 'alaihi wasallam melalui perantara Malaikat jibril 'alaihissalam , telah tidak asli lagi.
Menurut Syi’ah, al-Qur’ân telah dirubah, atau dikurangi oleh para sahabat yang dipimpin oleh tiga sahabat mulia yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsmân dan para sahabat lainnya -radhiyallâhu'anhum-. Keyakinan ini bisa menghancurkan seluruh isi al-Qur’ân, karena Allâh Ta'âla telah berfirman :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya

(Qs al Hijr/15:9)

Sedangkan ajaran Râfidhah yang terus-menerus mereka katakan sampai saat ini, baik dengan lisan maupun tulisan bahwa al-Qur’ân yang asli adalah al-Qur’ân yang tiga kali lebih besar dan sangat berbeda dibandingkan al-Qur’ân yang ada ditangan kaum muslimin saat ini. Menurut mereka Al-Qur’an yang asli ini nanti akan dibawa oleh Imam Mahdi dan dinamakan Mushaf Fathimah.
Ini keyakinan mereka, walaupun sebagian mereka mengingkarinya tetapi pengingkaran itu hanya omong kosong karena ini merupakan taqiyah mereka. Kalau keyakinan ini diyakini oleh kaum muslimin maka tidak diragukan lagi bahwa dia telah murtad, keluar dari agama Islam.

Kedua; Pengkafiran mutlak terhadap seluruh sahabat, seperti Abu Bakar as-Shiddîq radhiyallâhu'anhu, Umar al-Fârûq radhiyallâhu'anhu, Utsmân Dzunnûrain radhiyallâhu'anhu dan seluruh sahabat Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam kecuali beberapa sahabat yang jumlahnya sangat sedikit.
Meyakini ini berarti membantah isi al-Qur’ân yang menyatakan keimanan dan kebesaran para sahabat serta keridhaan Allâh Ta'âla terhadap mereka. Kalau seorang muslim dan muslimah meyakini keyakinan ini (pengkafiran mutlak terhadap seluruh sahabat, kecuali beberapa sahabat) berarti mereka telah murtad, keluar dari Islam.

Kedua keyakinan Râfidhah ini tidak mungkin disatukan dengan keyakinan yang ada dalam Islam. Artinya, tidak mungkin seorang muslim dan seorang Râfidhi (Penganut agama Syi’ah) bersatu, karena keyakinannya sangat berbeda. Ini berdasarkan dalil naqliyah dan aqliyah yang shahih yang memiliki ketegasan.
Oleh karena itu para ulama zaman dahulu menyatakan bahwa orang yang paling bodoh terhadap dalil dalil naqliyah dan aqliyah serta paling sesat jalannya diantara orang-orang mengaku Islam adalah Syi’ah atau Rafidhah ini. Karena dengan tegas, mereka membenarkan apa yang didustakan dengan dalil-dalil naqliyah sam’iyah (dalil-dalil dari al-Qur’an dan sunnah) dan juga yang didustakan oleh akal.
Sebaliknya, mereka mendustakan apa yang jelas dan terang telah datang dari dalil-dalil naqliyah sam’iyah dan berdasarkan akal yang shahih. (Minhâjus Sunnah, 1/8)

Ketiga, perbedaan ushûl lainnya adalah penyembahan terhadap manusia. Diantara orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam, yang pertama kali membangun kubur-kubur dan kubah-kubah adalah kaum Râfidhah. Mereka mengadakan peribadatan kepada selain Allâh Ta'âla. Padahal ini sangat diharamkan dalam Islam dan merupakan syirik besar.
Mewakili pengikutnya, Khomaini dalam bukunya "Hukûmâtul Islâmiyah", halaman 52 mengatakan:
“Sesungguhnya sesuatu yang pasti dari madzhab kami bahwa imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh seorangpun, baik seorang rasul yang diutus maupun oleh malaikat yang dekat.”
Ini pernyataan tegas Khomaini. Ini menunjukkan sikap ghuluw mereka terhadap para imam mereka, yang mereka klaim memiliki derajat yang lebih tinggi dari para nabi dan rasul.
Dalam kitab yang sama, Khomaini menyatakan bahwa imam mereka tidak pernah lupa dan lalai. Padahal ini adalah sifat Allâh Ta'âla, karena hanya Allâh Ta'âla yang tidak pernah lupa dan lalai.
Allâh Ta'âla berfirman :
Dan Rabbmu tidaklah lupa. 
(Qs Maryam/19:64)

Ini merupakan salah satu bentuk penyembahan terhadap makhluk. Sikap ini tidak mungkin bisa disatukan dengan seorang muslim yang beraqidah shahih, yang bermanhaj dengan manhaj salaful ummah, yang hanya ruku’ dan sujud kepada Allâh Ta'âla, yang meminta pertolongan hanya kepada Allâh Ta'âla.
Oleh karena itu mereka membangun kuburan dan merekalah yang pertama kali memasukkan penyembahan terhadap kubur ke dalam Islam, membangunnya serta mendirikan kubah-kubah. Itulah beberapa ushûl (masalah pokok) diantara banyak ushûl lainnya yang membedakan Râfidhah (Syi'ah) dengan Islam sehingga tidak mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.
Masalah ini sering tidak diketahui oleh tokoh-tokoh kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Karena Syi'ah selalu menyembunyikan keyakinan-keyakinan mereka kepada orang-orang yang belum menjadi pengikut setia mereka.

PERKEMBANGAN SYI’AH DI INDONESIA
Kurang lebih 30 tahun sudah berlalu sejak mulai menancapkan kukunya di Indonesia, kini kaum Râfidhah terutama di negeri kita ini telah berani memperlihatkan sebagian ajaran mereka secara terang-terangan. Ini mereka lakukan secara bertahap. Cara-cara mereka dalam memberikan pengajaran sangat halus dan awalnya tidak diketahui. Saya sebutkan diantaranya :
Pertama, mereka mengatasnamakan diri ahlul bait (keluarga) Nabi. Padahal pada hakekatnya, mereka telah berbohong atas nama ahlul bait[3]. Kita tahu bahwa kaum muslimin, terutama di Indonesia sangat mencintai ahlul bait tetapi kecintaan yang tidak berdasarkan ilmu tentang siapa ahlul bait ? Apa manhaj mereka ?
Kecintaan seperti ini bisa menyeret seseorang kepada kultus dan al-ghuluw (berlebih-lebihan). Hal inilah yang diinginkan Syi'ah. Oleh karena itu, orang yang menyerang Syi'ah selalu dituduh benci kepada ahlul bait. Dan para pendahulu-pendahulu mereka seperti kaum Qarâmithah, Isma’iliyah, Bathiniyah telah membuat beberapa ajaran yang disusupkan ke tengah-tengah kaum muslimin untuk mendukung madzhab mereka. Diantaranya adalah perayaaan maulid Nabi. Merekalah yang membuat acara ini pertama kali, bukan Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi. Menisbatkan perayaan maulid kepada Shalahuddin adalah penyimpangan, penipuan dalam sejarah.[4]
Cinta ahlul bait adalah merupakan keyakinan Islam. Kita mencintai keluarga Nabi shallallâhu 'alaihi wasallamsesuai dengan syariat Allâh dan Rasulnya, tidak ditambah dan tidak dikurangi, tidak mengadakan penyembahan terhadap ahlul bait. Kita meyakini bahwa tidak ada yang ma’shûm (bebas dari dosa dan kesalahan) kecuali Nabi yang mulia. Jadi kecintaan kita tetap dalam batasan-batasan Islam bukan sebagaimana yang dikatakan oleh Syi’ah.
Kedua, dalam memberikan pengajaran, mereka menggunakan ayat-ayat al-Qur’ân, tafsir-tafsir al-Qur’ân tidak melalui hadits atau sunnah. Karena mereka jauh sekali dari sunnah Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam bahkan mereka menolak hadits. Bagaimana mungkin mereka bisa menerima hadits Bukhâri, Muslim dan lain-lain sementara para sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits ini dianggap kafir ?! Mereka juga menvonis kufur kepada ahlus sunnah termasuk Bukhâri, Muslim dan ulama ahli hadits lainnya. Oleh karena itu, mereka selalu memulainya dengan tafsir dengan meruju’ ke kitab-kitab tafsir Syi'ah[5].
Melalui kajian tafsir-tafsir al-Qur’ân yang awalnya biasa tapi lama-kelamaan menjadi aneh, karena seluruh ayat al-Qur’ân mereka tafsirkan dengan penafsiran mereka. Mereka selalu membuka kajian tafsir al-Qur’ân, tidak ada yang membuka kajian shahih Bukhâri kecuali untuk di hina, di kritik dan selanjutnya di tolak. Mereka mulai menafsirkan, ini untuk Ali radhiyallâhu'anhu dan siksaan ini untuk Abu Bakar radhiyallâhu'anhu dan lain sebagainya. Walaupun pada awalnya, mereka belum menyebut nama Abu Bakar, Umar dan Utsmanradhiyallâhu'anhum karena ketiga shahabat ini memiliki kedudukan tinggi di hati kaum muslimin termasuk Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu.
Syi’ah menempuh cara-cara kaum zindiq yaitu meninggikan sebagian dan merendahkan sebagian dalam waktu yang bersamaan agar mereka dapat menghancurkan secara keseluruhan. Mereka meninggikan Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu setinggi-tingginya sampai disamakan dengan Rabbul a’lamin sementara mereka merendahkan Abu Bakar, Umar, Utsman radhiyallâhu'anhum dan hampir seluruh para sahabatRasûlullâh dengan serendah-rendahnya.
Ketiga, mengkritik sebagian sahabat. Mereka mulai dari Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu kemudian yang lainnya sampai hampir seluruh para sahabat. Untuk mencapai tujuan ini, di negeri kita mereka memerlukan waktu bertahun-tahun. Sehingga saat ini, Abu Bakar As-Shiddiq, Umar al-Fârûq, Utsmân Dzunûrain, mereka hinakan dan kafirkan secara terang-terangan. Bahkan tersebar selebaran yang mengkafirkan sayyidah Aisyahradhiyallâhu'anha dan para sahabat lainnya.
Mereka memasukan berbagai macam syubhat kepada kaum muslimin lalu mulai mengklasifikasikan para sahabat menjadi yang betul-betul sahabat Nabi dan yang munafiq. Selanjutnya dibawakan sebagian ayat-ayat al-Qur’ân sehingga sebagian kaum muslimin yang mengikuti majelis mereka terpengaruh dan tidak memperdulikan serta tidak lagi memakai ijmâ’ para ulama mengenai para shahabat, yaitu semua para sahabat adalah adil.
Keempat, mengkritik hadits-hadits. Awalnya, mereka mengkritik satu atau dua buah hadits dalam Shahîh Bukhâri yang dinyatakan tidak sah, mustahil atau dusta. Semua justifikasi ini berdasarkan akal dan ra’yu mereka yang jahil. Dan itulah salah satu sifat mereka, mengkritik, membantah, dan menolak tanpa hujjah.
Oleh karena itu ahlus sunnah menyatakan bahwa bantahan dan penolakan semata bukanlah ilmu. Ilmu adalah memberikan jawaban secara ilmiyah, membantah secara ilmiyah dengan menegakkan hujjah yang selanjutnya menyelesaikan permasalahan. Ini yang disebut ilmu. Adapun semata-mata menolak, mungkin anak-anak yang telah tamyiz mampu melakukannya.
Inipun mereka lakukan secara bertahap serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka mengkritik dan menolak hadits-hadits riwayat Bukhâri dan Muslim. Tapi anehnya, apabila ada hadits yang menguatkan madzhab mereka, mereka memakainya padahal mereka telah mengkafirkan Imam Bukhâri dan Muslim !?
Kelima, memberikan kesan bahwa bahwa Syi’ah merupakan madzhab yang kelima dalam Islam dan perbedaan mereka adalah perbedaan furu’iyah, ijtihadiyah, ilmiyah secara global tanpa ta’shîl (penegakan terhadap hujjah) dan tafshîl (terperinci) sehingga ini juga mempengaruhi kaum Muslimin.
Keenam, mendakwahkan ajaran yang sangat menarik bagi orang-orang memiliki penyakit hati yaitu nikah mut’ah. Nikah mut’ah (kontrak) tanpa wali tanpa saksi kecuali dengan mahar pemberian dan ada ikatan perjanjian antara kedua pihak laki dan wanita. Biasanya dilakukan selepas majelis mereka. Mereka mengikat perjanjian kontrak satu hari, dua hari dan seterusnya dan boleh untuk satu kali berhubungan saja (tidak ada bedanya dengan zina). Bahkan Khomaini di sebagian fatwanya membolehkan bermut’ah dengan pelacur !!!
Ketujuh, berusaha menjauhkan kaum Muslimin dan memberikan kesan buruk terhadap sebuah ajaran yang mereka benci yaitu Wahabi. Kalimat ini sering diulang-ulang, tanpa ada penjelasan terperinci, siapa dan apa ajaran Wahabi itu. Sehingga setiap ajaran dakwah atau yang berlawanan dengan Syi'ah dijauhi oleh kaum Muslimin.
Padahal sebenarnya, lafadz ini (Wahabi) disematkan oleh musuh-musuh Islam kepada ajaran dakwah al-Imam Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullâh. Lalu mereka memanfaatkannya untuk menjauhkan kaum Muslimin dari dakwah yang haq ini.

KEPADA SIAPA MEREKA MASUK ?
Sepanjang penelitian saya selama kurang lebih tiga puluh tahun tentang mereka secara berjauhan maupun berdekatan, saya melihat bahwa mereka memasuki semua lapisan masyarakat dengan cara-cara yang berbeda. Berikut perinciannya :
Tingkatan Pertama; Mereka mempegaruhi masyarakat awam dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang-orang awam. Dikalangan orang-orang awam ini, mereka tidak akan mampu mengkafirkan seluruh para sahabat karena orang-orang awam walaupun mereka beragama dengan cara taqlid buta, mereka sangat mencintai para sahabat. Kalau mereka langsung mengkafirkan atau mengkritik Abu Bakarradhiyallâhu'anhu, Umar radhiyallâhu'anhu, Utsmân radhiyallâhu'anhu dan para sahabat yang lainnya –radhiyallâhu'anhum– ditengah masyarakat awam, tentu mereka akan ditinggalkan.
Mereka mendekati masyarakat awam dengan cara mengkultuskan manusia atas nama ahlul bait. Bahkan mereka membuat berbagai bait-bait syair yang mengantarkan kepada pengkultusan terhadap Nabi. Mereka meninggikan Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam lebih tinggi dari yang telah tetapkan oleh Allâh Ta'âla, dengan cara tawassul ataupun istighatsah, yang berujung pada syirik besar.
Dimulai dari pendekatan dengan mengatasnamakan ahlul bait kemudian berlanjut dengan pemujaan terhadap manusia, yaitu dengan membangun kubur-kubur dan meminta kepada penghuni kubur serta penyebaran berbagai macam bid’ah lainnya.
Tingkatan kedua; Mendakwahi para pelajar khususnya mahasiswa. Untuk lapisan ini, mereka masuk lewat penyebaran nikah mut’ah karena para pemuda ini memang sangat aktif mencari hal-hal baru untuk kemudian dicoba. Setelah memberikan kenikmatan syaithaniyah, mereka mulai mendekati para pemuda ini dengan memberikan image (gambaran) bahwa ajaran Syi’ah itu benar dan lain sebagainya.
Oleh karena itu tokoh-tokoh mereka mengajar diberbagai perguruan tinggi untuk menjerat para mahasiswa yang mayoritasnya kosong dari ajaran Islam, aqidah shahihah serta tidak gemar duduk di majelis-majelis ilmu. Para mahasiswa ini terus didekati sampai akhirnya menjadi Rafidhah tulen dan diharapkan menjadi kaum intelektual yang memegang pemerintahan di negeri ini.
Ini harapan mereka, Semoga Allâh Ta'âla menghancurkan rencana buruk mereka.
Tingkatan Ketiga; Memasuki media masa, yang cetak maupun elektronik. Melalui media-media ini, mereka menampilkan tentang Rafidhah sedikit demi sedikit, dengan dalih sebagai khazanah islamiyah. Stasiun televisi tidak luput dari mereka.
Namun tentunya, mereka tidak terang-terangan membawakan ajaran mereka. Kecuali salah satu dari tokoh mereka yang pernah saya dengar langsung dengan telinga saya dan saya lihat dengan kedua mata saya bahwa dia mengatakan bahwa Abdullah bin Umar radhiyallâhu'anhu adalah seorang penakut (Allahu Akbar).
Orang yang hina ini telah merendahkan seorang sahabat mulia, alim lagi ‘âbid yang dikatakan olehRasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam :

"Sebaik-baik orang adalah Abdullah Bin Umar kalau sekiranya dia shalat malam."
(HR Bukhari, no. 3738, 3739, 3740 dan 3741)

Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat malam.
Tingkatan keempat; Mereka memberikan pengajaran kepada kaum intelektual khususnya kepada pendukung mereka yang saya istilahkan alumni dari orientalis. Mereka ini dididik, dijadikan anak angkat dan disusui oleh orang-orang Yahudi di negeri-negeri Barat yang notabene sangat membenci Islam. Mereka mendapat dukungan kuat sehingga paling tidak kaum intelektual ini bersikap netral atau toleran, tidak mempermasalahkan antara Sunni dengan Syi'ah.
Ini langkah pertama, langkah kedua dan selanjutnya, mereka mulai membuat program-program yang bisa menjebak tokoh-tokoh ini kedalam Râfidhah tulen.
Tingkatan kelima; Mendekati para pejabat negeri yang memegang tampuk pemerintahan untuk diberikan pelajaran-pelajaran tentang Syi’ah. Paling tidak, mereka merasa untung dan menang kalau pejabat ini mengetahui ajaran Râfidhah, apalagi mendukungnya.
Tingkatan keenam; Masuk ke partai politik dengan menjadi tim-tim sukses partai-partai politik.
Tingkatan ketujuh; Membuat pengajian-pengajian untuk ibu-ibu karena peran wanita sangat penting sekali dan sangat besar sekali. Oleh karena itu mereka membutuhkan ibu-ibu untuk mendukung ajaran mereka. Berdasarkan kenyataan ini, saya sering mengingatkan bapak-bapak agar hati-hati dan memperhatikan pengajian istrinya, jangan sampai istri-istri mereka terjebak dalam ajaran Syi’ah.
Barang kali ini yang bisa kita bahas sekilas tentang perkembangan dan gerakan Syi’ah di Indonesia. Mereka membuat tipu daya, semoga Allah menghancurkan tipu daya mereka. Dan, alhamdulillah saat ini perkembangan dakwah sunnah sangat mengkhawatirkan mereka.
Ini merupakan taqiyah mereka karena taqiyah adalah bagian dari agama mereka. Mereka mengatakan bahwa “Taqiyah (bohong) adalah agama kami.” Para pembaca dapat meruju’ ke muqodimah yang sangat berharga oleh al-imam as-salafi Muhibbudien al-Khatib dalam muqodimahnya terhadap kitab Adz Dzahabi yang meringkas kitab gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah “Minhâjus Sunnah” dengan judul al-Muntaqa’
Jangankan pemerintah bahkan sebagian besar tokoh agama pun tidak paham
Untuk lebih mengetahui masalah ini, para pembaca bisa meruju’ ke kitab Prof. Ihsan Ilahi Dzhahir yang berjudul “Syiah dan Ahlul Bait”. Sebuah kitab yang sangat menarik karya seorang alim yang mengetahui tentang ajaran Syi’ah
Para pembaca yang terhormat dapat merujuk kepada buku ustadz Ibnu Saini yang telah menulis dan menyingkap masalah sebenarnya tentang hal ini
Dan faktanya, kaum Muslimin memang sangat awam sekali terhadap kitab-kitab tafsir. Oleh karena, seyogyalah kaum Muslimin, para tokohnya, asatidzah, dan pelajar meninggikan kitab-kitab tafsir ahlu sunnah yang berjalan diatas manhaj salafus shalih seperti tafsir al-Imam ath-Thabari, tafsir al-Haafidz Ibnu Katsir atau kitab tafsir sebelumnya yaitu tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Related Posts with Thumbnails

.

Blog Archive

Followers

Visitors

free counters