TAFSIR SURAT AL-FATIHAH

Senin, 01 Juli 2013

ANALISIS MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM UNTUK MADRASAH IBTIDAIYYAH KELAS III

 
Oleh: Marsudi Iman A. 

A. Pendahuluan 
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan itu, materi Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Materi Sejarah Kebudayaan Islam ini hanya diberikan di sekolah-sekolah yang berbasis keislaman seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah ‘Aliyah (MA) serta sekolah-sekolah bercirikan Islam seperti Sekolah Dasar Islam (SDI), Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI). Di tingkat madrasah ibtidaiyyah, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diberikan sejak kelas III sampai kelas VI. Mata pelajaran ini disajikan oleh guru di antaranya dengan mengacu pada buku ajar yang berjudul Sejarah Kebudayaan Islam untuk MI, dari kelas III sampai kelas VI. Buku ini ditulis oleh Muh Asnawi dan diterbitkan oleh Penerbit Aneka Ilmu Semarang. Buku ini ditulis menyesuaikan standar isi Kurikulum mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tahun 2008. Agar dapat mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan baik, maka guru dituntut untuk mampu menganalisis materi yang disajikan dalam buku tersebut. Hasil analisis, berupa kelebihan-kelebihan buku akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencapai efektifitas pembelajaran.Adapun kekurangan-kekurangannya dapat dieliminir dengan cara memperkaya materi Sejarah Kebudayaan Islam dari sumber-sumber lain. Dalam makalah ini akan diuraikan analisis terhadap materi buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyyah kelas III. 

B. Profil dan Isi Buku 
Buku yang akan dianalisis dalam makalah ini berjudul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyyah kelas III. Buku ini ditulis oleh Muh. Asnawi dan diterbitkan oleh Penerbit Aneka Ilmu Semarang. Di sampul depan yang berwarna hijau-biru-kuning terdapat ilustrasi gambar berupa orang-orang Arab sedang mengendarai kuda dan onta. Orang-orang tersebut mengenakan sorban dan berjubah. Di pinggang sebelah kirinya tergantung sebilah pedang melengkung. Buku yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum tahun 2008 dimulai dengan prakata, kisi-kisi buku, Pedoman Transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menag dan Mendikbud No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987, Daftar Isi dan masuk ke materi pelajaran 1 sampai pelajaran 4. Pelajaran 1 dan 2 disampaikan di semester I, sedangkan pelajaran 3 dan 4 disampaikan di semester II. Pada setiap akhir semester disediakan soal-soal latihan. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang relevan pada setiap sub bahasannya. Isi buku diakhiri dengan daftar pustaka. Adapun sampul belakang dimanfaatkan untuk memberi keterangan singkat tentang manfaat mempelajari sejarah. Adapun daftar isi buku ini adalah sebagai berikut: Semester Pelajaran ke Tema I 1 Sejarah Masyarakat Arab Pra Islam A. Kondisi Masyarakat Arab pra-Islam B. Adab dan Kepercayaan Masyarakat Arab pra-Islam 2 Iktibar Sejarah Masyarakat Arab Pra Islam A. Perilaku Buruk Masyarakat Arab pra Islam B. Sejarah buruk Raja Abrahah harus dihindari C. Masa Remaja Nabi Muhammad SAW D. Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW II 3 Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW A. Kelahiran Nabi Muhammad SAW B. Silsilah Nabi Muhammad SAW C. Ibrah Kenabian dan Kerasulan Nabi Muhammad SAW 4 Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW A. Nabi Muhammad Diutus sebagai Nabi Terakhir B. Ibrah Kerasulan Nabi Muhammad SAW 

C. Analisis Materi 
Analisis materi yang akan penulis lakukan meliputi berbagai segi. Di antaranya: segi bahasa dan tulisannya, segi kesesuaian materi dengan standar kompetensi yang ingin dicapai, kronologi atau sistematika materi dan evaluasi belajarnya. 1. Analisa Bahasa. Penulis menemukan banyak kesalahan bahasa yang digunakan dalam kalimat-kalimat buku ini. Kesalahan penggunaan kata depan yang sering rancu dengan awalan terdapat di sana sini. Sebagai contoh di halaman 8 alinea kedua tertulis: Disamping itu mereka suka berjudi, minum-minuman keras, berkelahi dan berfoya-foya. Ada pula kebiasaan diluar peri kemanusiaan yaitu mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Perbuatan ini dilakukan bersama-sama (Halaman 8, alinea ke 2) Kata Disamping dan diluar di alinea tersebut seharusnya ditulis secara terpisah karena merupakan kata depan. “Di” yang diikuti kata kerja adalah awalan, sedangkan jika diikuti kata yang menunjukkan tempat adalah akhiran (Heri Atmaja, 2007: 46). Pada beberapa bagian yang lain terjadi sebaliknya, yaitu awalan ditulis sebagaimana kata depan (dipisah). Sebagai contoh: Muhammad tumbuh sebagai seorang pemuda yang berbudi pekerti luhur. Ia adalah seorang yang kehormatannya paling di akui. Nasab dan silsilahnya terhitung paling mulia. Ia adalah tetangga yang paling baik, paling dapat di percaya tutur katanya dan paling teguh memegang amanat. (Halaman 28, alinea ke 3) Bentuk kesalahan bahasa lainnya adalah peletakan kata ganti yang tidak tepat. Kesalahan seperti ini tampak pada contoh berikut: Wilayahnya Arab berupa padang pasir yang panas dan gunung-gunung batu. Tingkat curah hujan sedikit dan sumber air pun sangat terbatas. Penduduk bertempat tinggal di desa-desa pada umumnya berasal dari suku bangsa Baduwi. Ini merupakan golongan penduduk terbesar. Mata pencahariannya bercocok tanam dan beternak (Halaman 6, alinea pertama) Kata ganti “nya” di atas mengacu pada kata “Arab” yang disebutkan sesudahnya. Struktur kalimat ini sangat dipengaruhi dengan struktur Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari penulisnya. Seharusnya kata “nya” tidak perlu ditulis ketika kata benda yang diganti telah disebutkan setelahnya. Dalam kutipan kalimat di atas terdapat juga ketidaktepatan kalimat “Penduduk bertempat tinggal di desa-desa pada umumnya berasal dari suku bangsa Baduwi”. Seharusnya setelah kata “penduduk” diikuti kata “yang” sehingga kalimat tersebut menjadi “Penduduk yang bertempat tinggal di desa-desa pada umumnya berasal dari suku bangsa Baduwi” Kesalahan model “yang diterangkan” tidak singkron dengan “yang menerangkan” juga penulis temukan. Contoh kesalahan model ini adalah: Bangsa Arab merupakan Negara yang bentuk pemerintahannya dikepalai oleh seorang raja. Terletak di Semenanjung Arabia. Hidupnya bersuku-suku, sedangkan suku terbesar adalah suku Quraisy (Halaman 13, nomor 1) Frasa “Bangsa Arab” sebagai yang diterangkan, tidak singkron dengan “Negara” sebagai yang menerangkan. 2. Analisa Tulisan Kualitas tulisan buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyyah kelas III ini cukup baik. Baik tulisan latin maupun arab sangat jelas dan mudah dibaca. Untuk tulisan latin menggunakan font Times New Roman dengan ukuran 14. Sedangkan jenis huruf Arab yang digunakan adalah Traditional Arabic ukuran 20. Meskipun secara umum tulisan sudah bagus, namun masih banyak juga tulisan yang salah. Kesalahan tulis yang paling banyak penulis temukan adalah penulisan istilah Arab dengan huruf latin. Penulisan beberapa istilah yang ada tidak sesuai dengan Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia sebagaimana terdapat di awal buku. Kata iktibar (Halaman 23) yang berarti mengambil pelajaran semestinya ditulis i’tibar. Kata ibrah (Halaman 70) seharusnya ditulis ‘ibrah. Kata mukjizat (Halaman 71) seharusnya ditulis mu’jizat. Kakbah (Halaman 54) semestinya diketik ka’bah. Pedoman transliterasi Arab-Latin dilampirkan sekedar untuk formalitas dan tidak dipakai dalam buku ini tampak pada tidak digunakannya vocal panjang untuk a, i dan u. 3. Analisa Urutan Materi Setelah penulis mencermati secara seksama terhadap urutan penyajian materi buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyyah kelas III, maka penulis menemukan bahwa terdapat kronologi materi penyajian yang tidak urut. Hal ini tampak pada pelajaran 2 dengan tema I’tibar Sejarah Masyarakat Arab Pra Islam (Halaman 23). Pelajaran ini mengandung pokok bahasan sebagai berikut: a. Perilaku Buruk Masyarakat Arab pra Islam b. Sejarah buruk Raja Abrahah harus dihindari c. Masa Remaja Nabi Muhammad SAW d. Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Menurut pendapat penulis, pokok bahasan tentang masa remaja Nabi Muhammad SAW (Halaman 25) dan Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW (Halaman 53) tidak tepat dibahas pada pelajaran ke 2 yang berbicara tentang sejarah masyarakat Arab Pra Islam. Pokok bahasan tentang “Masa remaja Nabi Muhammad SAW” lebih tepat diuraikan pada pelajaran ke 3 (Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW) dan “Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW” lebih tepat jika dibahas pada pelajaran 4 (Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW) 4. Analisa Kesesuaian Materi dengan Standar Kompetensi Materi yang terdapat dalam pelajaran pertama (Sejarah Masyarakat Arab Pra-Islam) telah sesuai dan sinkron dengan standar kompetensi (Mengenal sejarah masyarakat Arab pra-Islam) dan kompetensi dasar yang ingin dicapai (Menceritakan kondisi alam, social dan perekonomian masyarakat Arab pra-Islam serta menjelaskan keadaan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat Arab pra Islam. Demikian juga untuk materi-materi pada pelajaran ketiga dan keempat. Ketidaksesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai tampak dalam pelajaran 2 (halaman 23-37). Standar kompetensi pelajaran ini adalah “Kemampuan mengenal, mengidentifikasi sejarah masyarakat Arab pra-Islam”. Adapun Kompetensi Dasarnya adalah “Mengambil i’tibar dari sejarah masyarakat Arab pra Islam”. Ketidaksesuaian tampak dengan disajikannya pokok bahasan tentang “Masa remaja Nabi Muhammad SAW” (Halaman 25-29) dan “Ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW” (Halaman 29-36) 5. Analisa terhadap Evaluasi Belajarnya. Instrumen evaluasi belajar yang digunakan dalam buku ini sudah cukup bagus dan memadahi. Menurut Anas Sudiyono (2001) instrument evaluasi yang baik antara lain bersifat representative, obyektif, variatif dan valid. Dari aspek representatifnya hamper semua soal evaluasi belajar yang ada di buku ini bisa penulis katakan sudah representative karena penguasaan atas semua materi di setiap pelajaran sudah diukur dengan soal-soal tes yang disediakan. Dari sisi obyektifitasnya, menurut pendapat penulis juga sudah obyektif. Seluruh soal tes yang dikemukakan bersifat obyektif dalam arti mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan bukan pada materi yang tidak diajarkan. Obyektifitas evaluasi belajar akan lebih meningkat jika dalam memberikan skor atau penilaian guru bersifat obyektif (apa adanya) tanpa dipengaruhi sikap-sikap sentiment, preseden masa lalu dan sikap-sikap subyektif lainnya. Sementara dari segi variatifnya, evaluasi belajar yang terdapat dalam buku ini sudah sangat memadahi. Jenis-jenis soal tes yang digunakan dalam setiap pelajaran sudah bersifat variatif, meliputi essay test dan obyektif test. Soal essay dalam buku ini juga dibuat variatif. Ada yang berupa pertanyaan langsung seperti “Apa saja adat istiadat bangsa Arab pra Islam?” tetapi ada pula model essay yang tidak langsung seperti yang terdapat dalam model soal essay “Pernyataan Sikap” yang terdapat di halaman 15. Soal Essay “Pernayataan Sikap” ini merupakan soal tes yang bagus untuk mengukur penguasaan ranah afektif siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan. Lebih lengkapnya soal tersebut adalah sebagai berikut: “Isilah kolom berikut ini dengan kebiasaan buruk masyarakat pra-Islam dan cara-cara untuk menghindari sifat-sifat buruk tersebut ! Kemudian praktekkan dalam kehidupan sehari-hari! (Halaman 15) Bentuk soal essay yang penulis anggap bagus dalam buku ini adalah soal test essay berupa menceritakan kembali beberapa kisah seperti kisah hancurnya pasukan Raja Abrahah dengan bahasa siswa. Soal model ini dimaksudkan untuk mengukur pemahaman siswa (ranah kognitif) sampai pada derajat atau level synthesis (Lihat Taksonomi Bloom dalam Suharsimi Arikunto, 2003) Untuk jenis soal tes obyektif yang ada di buku ini, juga sudah cukup bagus. Bentuk-bentuknya meliputi multiple choice item (pilihan ganda) dengan alternative jawaban a, b, c dan d, bentuk completion (melengkapi) standar dan completion yang dimodifikasi menjadi soal teka-teki silang. Soal teka-teki silang menurut penulis merupakan soal yang menarik dari segi variatif soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa meskipun hanya mampu mengukur penguasaan siswa sampai ranah kognitif saja. Dengan mengisi teka-teki silang, siswa tidak terbebani sebagaimana jika ia mengerjakan soal-soal dengan bentuk lain. D. Kesimpulan Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyyah kelas III: 1. Terdapat banyak kesalahan bahasa dan tulisan. 2. Ditemukan kronologi pemaparan materi yang tidak urut. 3. Terdapat beberapa materi yang tidak sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. 4. Instrumen evaluasinya sudah cukup memadahi dilihat dari segi obyektifitas, validitas dan variasi bentuk-bentuknya. 


DAFTAR PUSTAKA 

Asnawi, Muh, Sejarah Kebudayaan Isam Untuk MI Kelas III, Semarang: Aneka Ilmu, 2008 Arikunto, Suharsimi, Evaluasi Belajar, Jakarta: Pustaka Progresif, 2003 Atmaja, Heri, Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas V, Solo: Tiga Serangkai, 2007 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Belajar, Bandung: Rajawali Press, 2001 Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Profesional, jakarta: Pustaka Grafindo, 1999
Related Posts with Thumbnails

.

Blog Archive

Followers

Visitors

free counters