MAKALAH
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami
limpahan rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah
ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami aliran-aliran dalam
psikologi. Kedua memenuhi tugas diskusi dan pembuatan makalah secara kelompok.
Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana pembelajaran pengantar
psikologi agar dapat dipelajari oleh seluruh mahasiswa/mahasiswa khususnya
jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B.
Kami
menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini masih jauh dari sempurna, karena itulah kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.
BAB
I
PENDAHULUAN
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi kejiwaan manusia. Psikologi juga
artikan ilmu yang mempelajari tentang keadaan manusia dalam berbagai aspek baik
mengenai tanggapan terhadap lingkungan, aktivitas-aktivitasnya, pemikirannya,
kehendaknya, maupun perasaan panca inderanya.
Aliran-aliran dalam psikologi membahas
tentang berbagai macam sifat psikologi dari beberapa ilmuwan psikologi. Ditinjau
dari segi aliran psikologi dibagi menjadi beberapa, diantaranya :
a.
Psikologi Fungsionalisme
b.
Psikologi Behaviorisme
c.
Psikologi Gestalt/ kognitivisme
d.
Psikologi Psikoanalisis
e.
Psikologi Humanism
f.
Psikologi Transpersonal
g.
Psikologi Islam
Dari ketujuh aliran psikologi diatas, kami
akan membahas secara lebih rinci. Kemudian akan dijabarkan berdasarkan
konsep-konsep dari sumber-sumber yang nyata dan referensi yang akurat. Sehingga
akan melahirkan nilai-nilai dalam pembelajaran pengantar ilmu psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut
ini adalah aliran-aliran dalam psikologi beserta penjelasannya:
1.
Psikologi
Fungsionalisme
Sejak sekitar 1900 sampai
memasuki 1930-an fungsionalisme digunakan dalam psikologi Amerika untuk membedakan
teori-teori yang memfokuskan pada pembelajaran dan fungsi-fungsi adaptasional
perilaku mulai dari mereka(seperti E.B. Titchener dan Gestalt
Psichology(psikologi Gestalt)yang mempunyai perhatian pada hal-hal semacam
struktur kesadaran dan pengalaman. Dalam Antropologi dan sosiologi,
fungsionalisme merujuk pada penjelasan mengenai institusi social, kebiasaan,
keyakinan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan fungsi (peran atau tujuan)
yang mereka mainkan dalam mempertahankan masyarakat yang dimaksud. Sebagai sebuah istilah
umum, sekarang “penjelasan fungsionalis”biasanya berarti penjelasan dalam hal
peran yang dijalani oleh sebuah fenomena baik secara sadar maupun tidak sadar,
secara lahir maupun batin, pada individu, kelompok, maupun masyarakat(“fungsi
social”)yang dimaksud.
Ciri Fungsionalisme
- Lebih menekankan pada fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
- Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
- Fungsionalisme juga sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
- Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah suatu kesatuan
- Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman terhadap fungsi mental.
- Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi
Teori
Evolusi Darwin
- Pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungannya, ia harus beradaptasi.
- Proses adaptasi inilah yang menyebabkan terjadinya seleksi alam, baik dalam artian kelompok species yang unggul (Darwin) maupun dalam arti karakteristik dari species yang bertahan, misalnya anggota tubuh (Spencer).
- Proses adaptasi sifatnya spesifik, hanya berlaku untuk lingkungan tertentu. Suatu kelompok species yang well-adapted dalam suatu lingkungan bisa saja tidak dapat beradaptasi pada lingkungan lain.
- Sebagai seorang dualist yang percaya pada pemisahan mind-body, Darwin mengaplikasikan juga pandangannya ini kepada perkembangan fungsi mental makhluk hidup. Kelompok makhluk hidup yang paling sukses dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang memiliki fungsi mental paling tinggi, dalam hal ini adalah manusia.
- Pentingnya adaptasi ini menyebabkan aliran fungsionalisme sering dipandang sebagai ‘psychology of adaptation’.
2. Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari
strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme
mempelajari tentang perbuatan
manusia bukan dari perbuatannya, melainkan hanya mengamati tingkah laku berdasarkan
pada kenyataan.segala perbuatan di kembalikan pada refleks. Aliran ini juga
menganggap manusia dilahirkan sama,manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan dan
pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya. Behaviorisme secara keras menolak
unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan
membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian,
Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang
dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih
jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan
diri pada proses-proses mental. Meskipun
pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang
psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih
sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran
Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
PRINSIP DASAR BEHAVIORISME
- Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
- Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
3. Psikologi Gestalt
Istilah
“Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari
penjumlahan bagian-bagiannya. Aliran
Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt.
Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen
yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah
sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
A.
Latar Belakang.
- Kelompok Wuerzburg.
Selain kelompok Wundt, di Jerman
berkembang lagi sebuah kelompok intelektual yang ikatannya tidak sekuat
kelompok Wundt, namun merasa tidak puas dengan pandangan Wundt. Aliran ini
menekankan bahwa aktivitas mental dapat diwujudkan dalam kesadaran nonsensoris,
merupakan awal pemikiran ttg higher mental process. Mind memiliki
kategori-kategorinya sendiri, dan mampu membentuk organisasi mental, tidak
harus muncul dalam bentuk aktivitas sensoris. Bentuk nyata dari
pengorganisasian ini adalah pola-pola dari persepsi.
- Pendekatan fenomenologis.
Pendekatan ini memfokuskan pada
observasi dan deskripsi detil dari gejala yang muncul, tanpa perlu menjelaskan
latar belakang gejala atau menyimpulkan sesuatu dari gejala tersebut.
Sehubungan dengan pandangan gestalt, pendekatan fenomenologis dari Edmund
Husserl (1859 – 1938) sangat berpengaruh, observasi dan deskripsi detil
mengenai aktivitas mental yang dirasakan individu.
B.
Aplikasi prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Memory Hasil
persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu,
jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor. Pandangan Gestalt cukup
luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak
oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para
tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan berusaha mengembangkan
idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS
didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui
sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme.
Implikasi
Gestalt
- Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
- Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman dan Koehler.
Kurt
Lewin (1890-1947)
Pandangan
Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah
salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan
psikologis seseorang. Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan
psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri
dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu
(B=f L). Tugas utama psikologi adlaah meramalkan perilaku individu berdasarkan
semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu
tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini
dapat dipahamis sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai
tujuannya.Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam
lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong
individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
(disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan
segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan. 4.
Psikologi Psikoanalisis
Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran
psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun
psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti
aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain
di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
A.Latar
belakang
• Konsep
mental yang aktif.
Konsep ini terutama dianut oleh para ahli di Jerman.
Pada waktu ini peran dominan strukturalisme di Jerman telah diambil alih oleh
aliran Gestalt. Paham Gestalt menganggap struktur pengorganisasian mental
manusia adalah inherent. Struktur ini memungkinkan manusia belajar dan mendapatkan
isi mental itu sendiri. Dengan demikian, Gestalt berfokus pada konsep mental
yang aktif namun tetap empiris.
Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt
(Freud dengan psikodinamikanya pada level kesadaran dan non kesadaran) namun
tidak empiris. Tidak seperti aliran lainnya, psikoanalisa berkembang bukan dari
riset para akademisi, tapi berdasarkan pengalaman dari praktek klinis.
• Perkembangan
treatment terhadap gangguan mental.
Pada masa ini penanganan terhadap penderita gangguan
mental sangat tidak manusiawi dan disamakan dengan para pelaku kriminal serta
orang-orang terlantar. Reformasi dalam penanganan penderita gangguan mental
diawali dengan perbaikan fasilitas pengobatan, akhirnya mengarah pada perbaikan
di bidang teknik terapi bagi gangguan emosional dan perilaku.
B.
Tokoh-tokoh
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang
produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang
berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang
intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada
bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in
Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi
tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.
B.
Pemikiran dan teori
• Freud
membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari
ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling
penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di
dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan
instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan
unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang
memiliki kontak langsung dengan realitas.
• Freud
mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind
apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi
konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar
dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip
kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang
mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego,
berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai
sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi
pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu menghadapi ketegangan
antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi
dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka
menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan
diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa
bermacam-macam, a.l. repression.
c. Sumbangan Freud
• Sebagai
orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran
ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori
perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian
• Posisinya
yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum
perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
• Freud
juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi,
drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada
analisis karya seni
d. Kritik Freud
• Metode
studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan
sangat subyektif
• Konstruk-konstruk
teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya.
Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
• Bagi
aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening
variable
Freud banyak memiliki murid. Tidak semuanya akan
dibahas, hanya dua dari para pengikut itu yang akan dibahas di sini, yaitu
Adler dan Jung.
2. Alfred Adler (1870-1937)
Adler mengembangkan yang disebut
sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain
mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur
ego . Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga
dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang
pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori
Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis.
3. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Dikenal mengembangkan Analytical
Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap
beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan
retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang
ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai
penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka
berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur
seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung
sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber
ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan
tergantung kelompok.
4.
Psikologi
Humanistik
Pada akhir tahun
1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya
ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial, dan konselor, bukan merupakan
penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal
sebagai psikologi humanistis, eksestransial, perceptual atau fenomenolkal.
Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (obsever)
Dalam dunia psikologi ini, humanistik
merupakan salah satu aliran yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan.
Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi mengemukakan secara khusus
tentang berbagai keunikan manusia, seperti: self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Adapun orientasinya
psikologi humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu
dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran
humanistic penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan
dan perhatian siswa.
Tokoh-Tokoh
Humanistik a)
Combs Combs
dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah
perilaku seseorang, kita arus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang
itu. Karena perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dengan yang lain. Jika kita contohkan antara guru dan siswa,
apabila seorang guru mengeluh karena seorang siswanya tidak mempunyai motovasi
untuk melakukan sesuatu jangan salahkan siswa tersebut, mungkin siswa tersebut
tidak suka akan motivasi yang guru berikan. Jadi, dalam hal ini guru dituntut
untuk memahami akan prilaku atau persepsi dari masing-masing siswa tersebut.
b)
Abraham Maslow Dari pemikiran abraham
maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang
potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna
memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah
satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
c)
Rogers Rogers
berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasikan
dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan
pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif
agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan
emosional antara guru dengan siswa.
6.
Psikologi Transpersional
7. Psikologi Islam
A.
Sejarah lahirnya psikologi islam
Diskusi mengenai gudang keilmuan
muslim dalam sejarah biasanya dikaitkan dengan dua kerajaan muslim di Barat dan
di Timur. Di Barat diwakili Daulah Amawiyah yang berpusat di Cordova (Spanyol),
sedangkan di Timur diwakili Daulah Abbasiyah yang berpusat di Bagdad. Kedua
kerajaan muslim itulah yang mengibarkan panji kemajuan ilmu- ilmu Islam dan
sekaligus terlahirnya para pemikir muslim di setiap bidang keahliannya
masing-masing. Pada masa itu kajian filsafat dan seluruh cabang keilmuan Islam
berkembang sangat pesat. Oesman Bakar memberikan suatu
isyarat, bahwa dalam khasanah intelektual muslim pengkajian psikologi sudah
mencakup proses hierarkhis perkembangan berbagai daya jiwa, sifat, fungsi-fungsi
psikis, dan arah tujuan akhir aktifitas daya jiwa. Pengkajian ini dipelopori
al-Farabi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali. Sekalipun pengkajiannya masih bersifat
filosofis, namun setidaknya usaha mereka telah menorehkan dan menelurkan benih
bagi studi-studi psikologis di masa mendatang. Selain itu penelitian A.E. Afifi
menghasilkan suatu temuan, bahwa ternyata filsafat mistis Ibnu Arabi telah
banyak menguraikan butir-butir kajian penting tentang kejiwaan yang kelak
menjadi embrio bagi lahirnya studi-studi psikologi modern. Pada masa itu, Ibnu
Arabi sudah membahas mengenai psikologi empiris, sifat-sifat dan fungsi-fungsi
jiwa, dan teori mimpi yang di kemudian hari banyak diungkapkan Sigmund Frued.
Pengkajian Ibnu Arabi mengenai butir-butir psikologis yang tidak terpisahkan
dengan penghayatan sufistiknya itu memberikan arti penting bagi pencarian titik
persinggungan antara kajian sufistik, psikologi islam.
B.
Pembahasan psikologi islam
Psikologi itu ibarat hutan yang begitu bersimpangan
berbagai pendapat, mulai dari persoalan filsafati, paradigma, teori, metoda.
Mulai dari diagnosa, analisa hingga terapi. Ribuan alat tes terus lahir ada
yang direvisi, ada yang paforit digunakan, tidak terpakai, kurang peminat,
rumit dan simple. Tentunya dengan melihat begitu banyaknya kajian yang
berserakan di hutan Psikologi, alngkah tidak simpatiknya menggelari psikologi
sebagai ilmu tidak Islami. Psikologi adalah hutan ilmu yang terbuka untuk
diambil dan dimasuki. Sehingga jika kita mau bahkan bisa menciptakan hutan psikologi
sendiri yang tidak ada hubungannya dengan hutan sebelumnya. Pada
dasarnya, Psikologi Islam lebih mengarah pada pendekatan kajian sains dengan
kajian ilmu agama; yang secara spesifiknya adalah mendekatkan kajian psikologi
pada umumnya dengan kajian al-Qur`an. Dengan demikian maka dipahami bahwa
landasan filsafat ilmu dari psikologi Islam adalah konsep manusia menurut
al-Qur`an. Abdul Mujib mengemukakan bahwa dalam konsep manusia menurut
al-Qur`an adalah konsep yang menyatakan bahwa manusia bukan hanya terstruktur
dari jasmani; tapi juga ruhani. Sinergi keduanya inilah yang membentuk nafsani.
Dari ketiga sistem inilah terbentuk kepribadian individu manusia. Disini akan
diuraikan hubungan antara psikologi dengan tasawuf untuk membuktikan bahwa ilmu
psikologi dan ilmu keislaman dapat menyatu menjadi psikologi islam.
C.
Hubungan antara psikologi dan tasawuf
Dalam ilmu tasawuf, jika
manusia ingin mencapai daerajat kesempurnaan atau ma’rifat (pengetahuan
ketuhanan) dimana dimensi ketuhanan (uluhiyyah) teraktualisasi secara penuh,
maka manusia harus melalui proses latihan spiritual yang disebut takhalli/zero
mind process (mengosongkan diri dari segala keburukan), tahalli/character
building (menghiasi diri dengan perilaku baik), dan tajalli/God spot (kondisi
dimana kualitas ilahiyyah teraktualisasikan atau termanifestasikan).
Peristiwa dalam bingkai
tasawuf diatas kurang lebih sama dengan konsep yang diungkap dalam psikologi.
Kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan atau aktualisasi diri, diungkapkan
oleh Maslow, seorang tokoh psikologi humanistic, sebagai sebuah motivasi
pertumbuhan (growth motivation) dimana manusia secara konsisten menentukan
pilihan baik (progression choise), sementara kecenderungan untuk memilih
pilihan buruk disebut motivasi kemunduran (deficiency motivation) dimana
seseorang senantiasa menentukan pilihan mundur (regression choise) yang berarti
semakin menjaukan diri dari aktualisasi diri (self actualization).
C. Pebandingan antara Psikologi
Barat dengan Psikologi Islam
Setelah
Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual yang sesungguhnya
mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi Islam. Seperti gagasan
bank Islam (bank syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi sekarang tumbuh
menjamur, gagasan Psikologi Islam juga masih banyak ditolak oleh kalangan
Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti Psikologi Islam juga akan
diterima.
Sejarah
keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi, karena berbeda dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang bermusuhan dengan agama (Gereja),
perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah keilmuan Islam disamping
terinspirasi oleh kitab suci Al Qur’an, pertumbuhannya juga dilakukan oleh
ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al Birruni (ahli sain)/ahli kedokteran)
adalah juga ulama ahli agama.
Perbedaan
Psikologi Barat dengan Psikologi Islam
1. Jika Psikologi
Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam ,
sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci
tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang
paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric
membantu menafsirkan kitab suci.
2. Jika tujuan
Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah
laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang
baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.
3. Jika konseling
dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis,
konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya
bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT.
Kesimpulan
A. Psikologi
Fungsionalisme
Dapai
diuraikan bahwa Psikologi fungsionalisme mengacu pada definisi suatu fenomena
(institusi social, kebiasaan, keyakinan, dan sebagainya) yang menyangkut fungsi
(peran dan tujuan) bersifat adaptional perilaku sesuai teori Darwin. Dimana
teori ini menyatakan bahwa ketika berinteraksi dengan lingkungan, maka harus
beradaptasi dan yang sukses dalam beradaptasi adalah mereka yang memiliki
fungsi mental paling tinggi, dalam hal ini manusia.
B. Psikologi Behaviorisme Secara
garis besar, Behaviorisme mempelajari tentang perbuatan manusia bukan dari
perbuatannya, melainkan hanya mengamati tingkah laku berdasarkan pada
kenyataan.segala perbuatan di kembalikan pada refleks. Behaviorisme secara
keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. C. Psikologi Gestalt/ kognitivisme Jadi psikologi gestalt adalah suatu
aliran psikologi yg menjelaskan tetang kebaikan bentuk seperti
pembandingan,penutupan,pembedaan berdasarkan figure dan sebuah upaya untuk
menerapkan sebuah pendekatan .Dan teori gestalt menunjukan bagimanastruktur
dari dari sebuah masalah disampaikan mempengaruhiseberapa mudah masalah itu d
selsaikan,dan bahwa menstrukturulang masalah kadang-kadang memang perlu di
lakukan.
D. Psikologi Psikoanalisis Fitur
kunci psikoanalisis dapat diuraikan bahwa semua perilaku manusia berasal dari
sumber tunggal yang memiliki beberapa sebutan, misal insting seks dan isting
kematian, insting-insting tersebut merupakan energy bagi semua fenomena
psikologi, kondisi kehidupan nyata harus mencapai kepuasan, mempelajari tentang
tahapan alam manusia.
E. Psikologi Humanism
Jadi, orientasi
psikologi humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu
dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran
humanistic penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
F. Psikologi Transpersonal
G. Psikologi Islam
Pada dasarnya, Psikologi Islam lebih mengarah pada
pendekatan kajian sains dengan kajian ilmu agama; yang secara spesifiknya
adalah mendekatkan kajian psikologi pada umumnya dengan kajian al-Qur`an.
Dengan demikian maka dipahami bahwa landasan filsafat ilmu dari psikologi Islam
adalah konsep manusia menurut al-Qur`an.
Pada dasarnya, Psikologi Islam lebih mengarah pada
pendekatan kajian sains dengan kajian ilmu agama; yang secara spesifiknya
adalah mendekatkan kajian psikologi pada umumnya dengan kajian al-Qur`an.
Dengan demikian maka dipahami bahwa landasan filsafat ilmu dari psikologi Islam
adalah konsep manusia menurut al-Qur`an.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Ikhrom, Titik Singgung antara Tasawuf, Psikolgi Agama dan Kesehatan Mental, Teologia, Volume 19, Nomor 1, Januari
2008, hal. 2
[1] tafani.wordpress.com
psikologiislam-mujib.blogspot.com
Abdul
mujib.2005. Kepribadian
dalam Psikologi Islam. Jakarta:
Rajawali Press, hal. 82
artikelpsikologi.ssantsons.com
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/psikoanalisis-mainmenu-57
Wasty Soemanto,
2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Graham
Richards.2010.Psikologi. Yogyakarta-Surabaya:BACA
1 komentar:
How to get into a real gambling room with a VPN - DRMCD
As mentioned in 전라남도 출장샵 my 여수 출장샵 previous blog, 영천 출장안마 I'll be playing poker on 당진 출장마사지 PC using Windows 10/8/7 익산 출장안마 on my tablet. In this tutorial, I'll
Posting Komentar